Page 40 - Kelas XII Bahasa Indonesia BS press
P. 40

Dalam menikmati novel sejarah, mula-mula kamu membacanya secara
            cepat. Dalam hal ini kamu dapat mengamati bagian tokoh sejarah yang
            dikisahkan, karakter yang digambarkan, dan kejadiannya. Misalnya, setelah
            membaca novel  Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan K.H. terbitan  Sinar
            Harapan tahun 1981, kamu mampu mengenali bahwa novel ini sangat dekat
            dengan sejarah. Data-data faktual, seperti tempat kejadian dan tokohnya,
            benar adanya.
                Ramadhan K.H. kemudian merekonstruksinya menjadi novel. Novel ini
            mengisahkan cerita romantis Ibu Inggit dengan Soekarno (Bapak Proklamator
            Indonesia). Imajinasi pengarang muncul saat ingin memberikan makna
            tentang  peran  Ibu  Inggit  dalam  pembentukan  seorang  pribadi  yang  kelak
            akan menjadi presiden pertama negeri ini. Ibu Inggit-lah yang mengayomi,
            memelihara, dan mengantar Soekarno ke dalam kedudukannya sebagai tokoh
            nasional. Peran ini bukanlah sebagai “kawan politik”, tetapi sebagai dua sosok
            yang saling memahami.
                Inggit Garnasih yang usianya 12 tahun lebih tua dari Soekarno berperan
            sebagai istri, kawan, dan ibu yang menginginkan setiap suami, sahabat, dan
            anaknya sukses dalam kehidupannya. Peran ini dapat dijalankan secara simpatik
            oleh Inggit. Soekarno di dalam asuhan kejiwaan ibu Inggit dapat diantarkan
            ke pintu gerbang pucuk pimpinan nasional. Secara simbolis mengandung
            makna bahwa Ibu Inggit benar-benar mendampingi suaminya selama masa
            terberatnya dalam perjuangan. Soekarno dibentuk oleh Ibu Inggit menjelma
            menjadi pimpinan bangsa. Inilah yang diimajinasikan oleh pengarang, yang
            secara historis, simbolisasi ini tidak muncul dalam buku-buku sejarah tentang
            Soekarno dan tentang Inggit Garnasih: bahwa Ibu Inggit memegang peranan
            besar dalam riwayat pembentukan negeri ini. Hanya perannya tidak muncul
            ke publik karena lebih banyak di belakang layar, “bagai seorang ibu yang hanya
            memberi, tetapi tak pernah meminta”. Ibu Inggit adalah Ibu Indonesia dalam
            menjelmakan seseorang menjadi pemimpin besar.

                Plot penceritaan novel sangat bergantung pada tokoh Soekarno selama
            perjuangannya untuk menjadi tokoh politik penting Indonesia. Tokoh Inggit
            menjadi “saksi mata” atas semua novel. Teknik orang pertama (aku) yang
            digunakan  hanya  untuk  mengisahkan  kejadian  di  sekitar  Soekarno dan
            bukan tentang dirinya sendiri. Melalui teknik ini, pengarang lebih dapat
            mengungkapkan perasaan dan pikiran seorang istri pejuang nasional yang
            kurang dikenal secara publik.









            34    Kelas XII                                             Bahasa Indonesia
   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45