Page 54 - Kelas XII Bahasa Indonesia BS press
P. 54

Kutipan Novel Sejarah         Struktur               Keterangan


             Dyah Menur berbalik dengan
             memejamkan mata. Dyah Menur
             Hardiningsih yang menggendong
             anaknya dan Pradhabasu yang juga                  Pada bagian akhir novel, penulis
             menggendong anaknya, berjalan                     memberikan pernyataan tentang
             makin jauh dan makin jauh ke arah   Koda          semua peristiwa yang terjadi dengan
             surya di langit barat. Dan sang                   kalimat penutup: Sang waktu pula
             waktu sebagaimana kodratnya akan                  yang menggilas semua peristiwa
             mengantarkan ke mana pun mereka                   menjadi masa lalu.
             melangkah. Sang waktu pula yang
             menggilas semua peristiwa menjadi
             masa lalu.


                Untuk  lebih  meningkatkan  pemahamanmu  terhadap  struktur  novel
            sejarah, analisislah dengan memanfaatkan kutipan novel  Mangir  karya
            Pramoedya Ananta Toer  berikut ini.



                                             Mangir

                                   Karya Pramoedya Ananta Toer
                Di bawah bulan malam ini, tiada setitik pun awan di langit. Dan bulan
            telah terbit bersamaan dengan tenggelamnya matari. Dengan cepat ia naik dari
            kaki langit, mengunjungi segala dan semua yang tersentuh cahayanya. Juga
            hutan, juga laut, juga hewan dan manusia. Langit jernih, bersih, dan terang. Di
            atas bumi Jawa lain lagi keadaannya gelisah, resah, seakan-akan manusia tak
            membutuhkan ketenteraman lagi.

            1. Abad Keenam Belas Masehi
                Bahkan juga laut Jawa di bawah bulan purnama sidhi itu gelisah. Ombak-
            ombak besar bergulung-gulung memanjang terputus, menggunung, melandai,
            mengejajari pesisir pulau Jawa. Setiap puncak ombak dan riak, bahkan juga
            busanya yang  bertebaran seperti  serakan  mutiara–semua–dikuningi oleh
            cahaya bulan. Angin meniup tenang. Ombak-ombak makin menggila.

                Sebuah kapal peronda pantai meluncur dengan kecepatan tinggi dalam
            cuaca angin damai itu. Badannya yang panjang langsing, dengan haluan dan
            buritan meruncing, timbul-tenggelam di antara ombak-ombak purnama
            yang menggila. Layar kemudi di haluan menggelembung membikin lunas
            menerjang serong gunung-gunung air itu–serong ke barat laut. Barisan
            dayung pada dinding kapal berkayuh berirama seperti kaki-kaki pada ular



            48    Kelas XII                                             Bahasa Indonesia
   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58   59