Page 65 - Kelas XII Bahasa Indonesia BS press
P. 65

B.  Menganalisis Kebahasaan Teks Cerita (Novel) Sejarah
                   !


                         Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu:

                         (1)  menganalisis kebahasaan teks cerita (novel) sejarah; dan
                         (2)  menjelaskan makna kias yang terdapat dalam teks cerita
                             (novel) sejarah.





                   Setiap teks memiliki unsur kebahasaan yang berbeda-beda, demikian pula
               dengan novel sejarah. Pada bagian berikut kamu akan mempelajari kaidah
               kebahasaan novel sejarah.
                                 1
              Kegiatan




               Menganalisis Kebahasaan Teks Cerita (Novel) Sejarah
                   Membaca novel sejarah tidak dapat dilepaskan dari bahasa yang
               digunakan. Seperti diketahui bersama bahwa bahasa novel sejarah yang dianut
               adalah bahasa yang digunakan dalam karya sastra pada umumnya, yakni
               konotatif dan emotif. Hal ini berbeda dengan bahasa ilmiah yang denotatif dan
               rasional. Sekalipun konotatif dan emotif, bahasa novel tetap mengacu kepada
               bahasa yang digunakan masyarakat (konvensional) agar tetap dipahami oleh
               pembacanya. Penggunaan bahasa konotatif dan emotif diwujudkan pengarang
               dengan merekayasa bahasa dengan menggunakan beragam gaya bahasa,
               pencitraan, dan beragam pengucapan (style).
                   Seorang pembaca, menurut Teeuw (1984:318), harus memiliki kompetensi
               sastra, yakni keseluruhan konvensi yang memungkinkan pembacaan dan
               pemahaman karya sastra. Konvensi ini memungkinkan munculnya  prinsip
               bahwa setiap karya sastra pada dasarnya merupakan pengejawantahan suatu
               sistem yang harus dikuasai oleh pembaca agar mampu memahami karya yang
               dibacanya. Konvensi ini sifatnya beraneka ragam, mulai dari bersifat umum
               sampai khusus, seperti kovensi yang membedakan teks sastra dari yang bukan
               sastra; prosa dari puisi; novel detektif, novel sejarah, dan novel fiksi ilmiah;
               dan pantun, gurindam, sampai syair. Sifat ini ditambah lagi dengan konvensi
               sosial yang mengiringi gejala sastra dalam setiap masyarakat, seperti konvensi
               bahasa, konvensi budaya, dan konvensi sastra.




               Bahasa Indonesia                                                        59
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70