Page 66 - Kelas XII Bahasa Indonesia BS press
P. 66

Bahan dasar novel sejarah adalah bahasa. Bahasa merupakan sistem
            tanda yang digunakan oleh masyarakat. Tanda itu bermakna dan disepakati
            oleh masyarakat. Menurut Teeuw (1984:96), di dalam sistem tanda itu
            tersedia perlengkapan konseptual yang sulit dihindari karena merupakan
            dasar pemahaman dunia nyata dan sekaligus merupakan dasar komunikasi
            antaranggota masyarakat. Namun, di sisi lain, sistem bahasa juga memiliki
            sifat-sifat yang khas (Teeuw, 1984:97), yakni lincah, luwes, longgar, malahan
            licin dan licik, serta penuh dinamika sehingga memberikan segala macam
            kemungkinan untuk pemanfaatan yang kreatif dan orisinal (termasuk dari
            segi konsep).
                Dalam sistem bahasa di dunia, tidak satu pun sistem bahasa yang
            universal. Artinya, sistem bahasa yang dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu
            akan berbeda dengan sistem bahasa yang dimiliki oleh masyarakat lainnya.
            Perbedaan ini yang pertama dan terutama adalah latar belakang budaya dari
            masyarakatnya yang tidak termanifestasi dalam sistem tanda bahasa secara
            eksplisit. Oleh karena itu, pemahaman suatu novel yang menjadikan bahasa
            sebagai bagian dari sistem sastra akan tergantung pula pada budaya yang
            melatarbelakangi novel tersebut.
                Beberapa kaidah kebahasaan yang berlaku pada novel sejarah adalah
            sebagai berikut.

            1.   Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau.
                Contoh:

                a.    Prajurit-prajurit  yang  telah  diperintahkan  membersihkan  gedung
                    bekas asrama telah menyelesaikan tugasnya.
                b.   Dalam banyak hal, Gajah Mada bahkan sering mengemukakan
                    pendapat-pendapat yang tidak terduga dan membuat siapa pun yang
                    mendengar akan terperangah, apalagi bila Gajah Mada berada di
                    tempat berseberangan yang melawan arus atau pendapat umum dan
                    ternyata Gajah Mada terbukti berada di pihak yang benar.

            2.   Menggunakan banyak kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi
                kronologis,  temporal),  Seperti:  sejak saat itu, setelah itu, mula mula,
                kemudian.

                Contoh:
                a.   Setelah juara gulat itu pergi Sang Adipati bangkit dan berjalan tenang-
                    tenang masuk ke kadipaten.







            60    Kelas XII                                             Bahasa Indonesia
   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70   71