Page 285 - Kelas 12 Hindu BS press
P. 285
Terjemahan:
‘Sabda pertama dan yang utama, ya Brihaspati, yang disampaikan
kepada orang-orang suci, menyebut nama-Nya sabda yang mulia, tiada
cahaya yang diungkapkan dengan cinta kasih mengungkapkan yang
maha suci dan gaib. Dan mereka mengucapkan sabda itu, tersaring
dalam batin, seperti mereka mengayak tepung dengan ayakan, disitulah
terjadi ikatan persahabatan, dalam sabda itulah terkandung keindahan
(Ågveda X. 71. 1. 2).
Demikianlah sabda Tuhan Yang Maha Esa, yang patut kita camkan
bersama untuk mempelejari, mempedomani, mendalami, dan
menerapkan ajaran-Nya yang mulia ini. Manfaat dari ajaran Swadhyaya
(dalam ajaran Dasa Nyamabratha) ini adalah dapat membentuk umat
sedharma menjadi insan yang berkepribadian luhur dan mencapai
kesempurnaan batin “moksa” dengan sikap-mental yang dimotivasi
oleh sifat-sifat suka mempelajari Weda dan kita yang sejenis dengan itu.
f. Upasthanigraha berarti pengekangan nafsu kelamin.
Upasthanigraha berarti pengekangan upastha (alat kelamin) dari nafsu
birahi. Upaya untuk mendapatkan kesucian jiwa bagi umat sedharma
yang ingin menjalani hidup suci, maka pengekangan jiwa atas nafsu
birahi hendaknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Seseorang
yang selalu mengumbar hawa nafsunya adalah sebagai akibat dari
yang bersangkutan telah tahu dan merasakan nikmatnya birahi itu,
sehingga untuk memenuhi keinginan seks-nya yang lebih nikmat,
dilakukan berbagai cara yang akhirnya sampai menjadi pemerkosaan.
Memperkosa sering disebut berzina, termasuk sikap-mental yang tidak
terpuji. Berzina merupakan perbuatan yang sangat hina dan terkutuk.
Perbuatan ini harus dikendalikan karena bisa menimbulkan kemerosotan
moral. Berzina artinya sikap suka memperkosa wanita atau istri orang
lain. Adapun yang termasuk perbuatan berzinah (paradara) antara lain :
1). Mengadakan hubungan kelamin dengan istri/suami orang lain.
2). Mengadakan hubungan kelamin (seks) antara pria dengan wanita
dengan cara-cara yang tidak sah.
3). Mengadakan hubungan kelamin dengan paksa, artinya tidak atas
dasar cinta sama cinta (memperkosa).
4). Mengadakan hubungan kelamin atau seks yang dilarang oleh agama.
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti 275