Page 289 - Kelas 12 Hindu BS press
P. 289

Caritraniyatà ràjan ye krsàh krsavrttayaá,
                      Arthinascopacchanti tesudattam mahà phalam.

                      Lwirning yukti ikang wehana dana wwang suddhàcara, wwang daridra,
                      tan panemu ahara, wwang mara angegong harep kuneng, ikang dana
                      ring wwang mangkana agong phalanika.

                      Terjemahan:
                      Orang yang diberikan dana, ialah orang yang berkelakuan baik, orang
                      miskin, yang tidak memperoleh makanan, orang-orang yang benar
                      mengharapkan bantuan, pemberian dana kepada orang yang demikian
                      besar pahalanya (Sarasamuscaya,187).

                      Manfaat  dari  ajaran Upawasa   (dalam  ajaran Dasa   Nyamabratha)
                      ini  adalah dapat  membentuk umat    sedharma  menjadi  insan yang
                      berkepribadian luhur dan mencapai    kesempurnaan    batin “moksa”
                      dengan sikap-mental  yang dimotivasi  oleh sifat-sifat  suka  melakukan
                      pengekangan diri.



                  i.  Mona berarti tidak bersuara.

                     Mona   artinya  tidak berkata, membatasi  bersuara. Dalam  kehidupan
                     sehari–hari  mona  tidak diartikan tidak berkata–kata   sama  sekali,
                     melainkan adalah kata–kata  itu harus  dibatasi  dalam  batasan–batasan
                     kewajaran. Misalnya dianggap wajar bila berkata baik dan benar, berkata
                     menyenangkan orang lain    bila  didengar. Dalam  perilaku hidup suci
                     upaya membatasi kata–kata itu memang penting, sebab dari kata atau
                     suara  itulah seseorang akan disenangi  atau tidak, dari  kata  atau suara
                     itulah akan terletak celaka tidaknya seseorang. Terutama dari kata atau
                     suara itulah akan terdapat kebahagiaan, kedamaian rohani. Orang yang
                     ternoda rohaninya, dia sendiri akan merasakan ketidak-tentraman dalam
                     batinnya. Lebih–lebih kata–kata itu sengaja diucapkan agar orang lain
                     sakit hati. Sikap demikian itu sama saja membuat batin sendiri ternoda.
                     Selama  ucapan itu ternoda  maka  selama  itu pula  batin menjadi  tidak
                     damai. Minimal   ia  akan selalu menimbang–nimbang kata   yang telah
                     diucapkan. Hal  ini  tak dapat  dihindari, karena  semua  manusia  punya
                     perasaan, pikiran yang selalu membututi dan ikut menimbang–nimbang
                     ucapan yang telah dikeluarkan. Perasaan dan pikiran inilah akan selalu
                     membayangi kehidupan suasana batin tidak tenang.








                                                          Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti   279
   284   285   286   287   288   289   290   291   292   293   294