Page 113 - PENILAIAN-STATUS-GIZI
P. 113
Penilaian Status Gizi
2) Pengukuran antropometri untuk menilai pertumbuhan massa jaringan didasarkan pada
komposisi tubuh. Komposisi massa jaringan terdiri dari dua bagian, yaitu massa bebas
lemak dan massa lemak. Massa bebas lemak adalah jumlah massa jaringan tubuh di
luar lemak yang terdiri dari air, protein, dan mineral tubuh. Jumlah massa bebas lemak
pada individu yang sehat relatif stabil sejak masa pertumbuhan linier terhenti pada
sekitar usia 20 tahun.
3) Perubahan jumlah massa bebas lemak tubuh akan mengakibatkan gangguan
kesehatan, misal mengalami dehidrasi karena kekurangan cairan tubuh. Massa bebas
lemak terdiri dari air sekitar 72–74%, protein sekitar 20%, dan mineral sekitar 6%.
Sedangkan massa lemak berubah-ubah tergantung timbunan lemak yang ada dalam
tubuh, gemuk menunjukkan cadangan lemak tinggi, sebaliknya kurus menunjukkan
cadangan lemak sedikit. Kandungan lemak berbeda tergantung jenis kelamin, tinggi,
dan berat badan. Kandungan lemak pada wanita cenderung lebih tinggi dari pada laki-
laki. Kandungan lemak pada wanita sekitar 26,9%, sedangkan pada laki-laki sekitar
14,7%.
4) Parameter antropometri yang dapat digunakan untuk menggambarkan kandungan
lemak tubuh di antaranya adalah lingkar lengan atas (LILA), tebal lemak bawah kulit,
rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP), indek massa tubuh (IMT), dan pengukuran
teknik aliran listrik tegangan rendah (bioimpedance electricity analysis/BIA).
5) Lingkar Lengan Atas (LLA) berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Seperti BB,
LLA merupakan parameter yang labil dapat berubah-ubah cepat karenanya baik untuk
menilai status gizi masa kini. Penggunaan LLA sebagai indikator status gizi, di samping
digunakan secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasi dengan parameter lainnya
seperti LLA/U dan LLA/TB (Quack Stick).
6) Ukuran lingkar leher merupakan indikator lemak tubuh bagian atas. Lemak tubuh
bagian atas dapat membantu memprediksi tertentu obesitas yang berhubungan
dengan komplikasi penyakit, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung,
dan apnea tidur obstruktif. Sedangkan lingkar pinggang merupakan salah satu ukuran
yang membantu perkiraan langsung mengenai penumpukan lemak perut. Seorang
anak berumur 6 tahun dengan lingkar leher lebih besar dari 28,5 cm berisiko lebih
empat kali menjadi kelebihan berat badan atau obesitasitas (sesuai dengan BMI)
dibandingkan dengan anak laki-laki dengan ukuran lingkar leher yang lebih kecil.
Lingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah untuk
skrining individu obesitas
7) Lingkar perut dapat menggambarkan adanya timbunan lemak di dalam rongga perut.
Semakin panjang lingkar perut menunjukkan bahwa semakin banyak timbunan lemak
di dalam rongga perut yang dapat memicu timbulnya antara lain penyakit jantung,
diebetes mellitus. Untuk pria dewasa Indonesia lingkar perut normal adalah 92.0 cm
dan untuk wanita 80.0 cm.
8) Rasio lingkar pingang-pinggul mencerminkan banyaknya lemak dalam perut
menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme, termasuk terhadap insulin dan
105