Page 24 - E-Modul Interaktif Berbasis Case Study Dengan Mengintegrasikan QR Code Pada Materi Basidiomycota
P. 24
Modul Pembelajaran Mikologi | Basidiomycota
Menurut Campbell, dkk., (2003:194) Mekanisme reproduksi seksual Basidiomycota
yaitu sebagai berikut:
1. Dua hifa haploid dengan tipe yang berlawanan yaitu hifa positif dan hifa negatif saling
mendekat dan mengalami plasmogami
2. Terjadinya plasmogami menghasilkan miselium dengan hifa dikariotik (berinti sel dua).
Miselium dikariotik tumbuh sangat cepat dan mendesak miselium haploid induknya.
3. Perubahan cuaca seperti musim hujan atau perubahan suhu menyebabkan miselium
dikariotik membentuk tubuh buah (basidiokarp). Miselium dikariotik ini berumur
panjang dan umumnya menghasilkan basidiokarp baru setiap tahun.
4. Permukaan bawah basidiokarp dilapisi oleh sel-sel dikariotik yang disebut basidium.
5. Terjadi kariogami (peleburan inti) yang menghasilkan nukleus diploid (2n) dan secara
cepat mengalami meiosis.
6. Nukleus diploid (2n) yang mengalami meiosis menghasilkan empat inti yang haploid
(n).
7. Masing-masing basidium menumbuhkan empat penjuluran atau membentuk tonjolan
yang disebut sterigma. Setiap satu nukleus haploid masuk ke dalam satu sterigma
sehingga berkembang menjadi basidiospora yang haploid (n).
8. Basidiospora yang sudah matang akan terlepas dari basidium dan berkecambah menjadi
hifa baru yang haploid (n). Hifa haploid akan bercabang-cabang membentuk miselium
yang haploid.
Info Kasus
Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa telah terjadi sebanyak 4 kasus keracunan
akibat Chlorophyllum molybdites selama kurun sepuluh tahun terakhir di Indonesia.
Sebanyak 34 orang (dengan rentang umur 7-53 tahun) diketahui merupakan korban
tanpa ada yang sampai meninggal dunia. Jumlah korban paling banyak berada pada
tahun 2013 dengan jumlah 3 kali lebih banyak dari korban paling sedikit (5 orang)
yakni pada tahun 2017. Kasus-kasus keracunan tersebut diketahui dari 4 provinsi di
Indonesia yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa tengah, dan Jawa Timur.
Seluruh kasus keracunan yang terjadi akibat kesalahan pengenalan dan kurangnya
pengetahuan terhadap jamur ini. Selain itu, belum diketahui secara jelas apakah jamur
ini memiliki kemiripan dengan jamur yang biasa dikonsumsi oleh korban sebelumnya
(Putra, 2021:188).
21