Page 116 - BUKU GABUNGAN revisi 17.11.24_Neat
P. 116
Fisika Modern Terintegrasi Etnosains
7.2.3 Etnosains
Pemahaman bahwa arang yang dibakar akan memancarkan warna yang
berbeda berdasarkan suhu telah dipercaya secara turun temurun di banyak
budaya. Tradisi ini bukan hanya berdasarkan observasi, tetapi juga diwariskan
melalui praktik sehari-hari dan cerita rakyat.
Dalam banyak masyarakat, terutama yang mengandalkan arang sebagai
sumber panas utama, orang-orang secara intuitif mengerti bahwa warna arang
yang membara menunjukkan tingkat panas yang berbeda. Misalnya: merah
muda hingga Merah Terang: Pada suhu yang lebih rendah, arang biasanya
memancarkan warna merah muda atau merah terang. Ini sering dianggap
sebagai tahap awal pembakaran di mana arang baru mulai memanas. Merah
Terang hingga Oranye: Ketika suhu meningkat, warna arang akan berubah
menjadi merah terang hingga oranye. Pada tahap ini, arang berada pada suhu
yang ideal untuk memasak banyak jenis makanan, seperti daging atau ikan,
yang memerlukan panas yang merata.
Kuning hingga Putih: Pada suhu yang sangat tinggi, arang akan
memancarkan warna kuning hingga putih. Warna ini menandakan bahwa arang
berada pada puncak suhu dan biasanya digunakan untuk memasak makanan
yang memerlukan suhu tinggi dalam waktu singkat, atau untuk melelehkan
logam dalam pekerjaan pandai besi tradisional.
Dalam kerajinan pandai besi, warna arang dan logam yang dipanaskan
digunakan sebagai panduan kritis untuk mencapai suhu yang tepat dalam
proses penempaan atau pembentukan logam. Para pandai besi secara turun-
temurun telah mempelajari bahwa suhu logam dapat diidentifikasi berdasarkan
warna cahaya yang dipancarkan. Pada suhu rendah, logam akan memancarkan
cahaya merah tua, menandakan bahwa logam tersebut hanya cukup panas
untuk pemanasan awal. Saat suhu meningkat, warna berubah menjadi merah
terang, yang merupakan suhu ideal untuk menempa sebagian besar logam
110