Page 130 - BUKU GABUNGAN revisi 17.11.24_Neat
P. 130
Fisika Modern Terintegrasi Etnosains
Adanya frekuensi cut-off fc untuk efek fotolistrik mengikuti persamaan 8.4
karena energi kinetik maksimum Kmaks fotoelektron hanya dapat mengambil
nilai positif. Ini berarti bahwa harus ada beberapa frekuensi ambang di mana
energi kinetiknya nol. Dengan cara ini, secara eksplisit diperoleh rumus
frekuensi cut-off.
ϕ
= 8.5
ℎ
Frekuensi cut-off hanya bergantung pada fungsi kerja logam dan
berbanding lurus dengannya. Ketika fungsi kerja bernilai besar (ketika elektron
terikat kuat di permukaan logam), energi ambang foton harus besar untuk
menghasilkan fotoelektron. Foton dengan frekuensi yang lebih besar dari
frekuensi ambang fc selalu menghasilkan fotoelektron karena > 0. Foton
dengan frekuensi lebih kecil dari fc tidak memiliki energi yang cukup untuk
menghasilkan fotoelektron. Oleh karena itu, ketika radiasi yang datang memiliki
frekuensi di bawah frekuensi cut-off, maka efek fotolistrik tidak diamati karena
frekuensi f dan panjang gelombang dari gelombang elektromagnetik
dihubungkan oleh persamaan f = c (di mana c adalah kecepatan cahaya dalam
ruang hampa), frekuensi cut-off memiliki cut-off sesuai dengan panjang
gelombang (Aruldhas & P, 2005:37):
ℎ
λ = = = 8.6
ϕ/h ϕ
Dalam persamaan ini, hc = 1240 eV.nm. Ketika radiasi yang datang
memiliki panjang gelombang lebih panjang daripada panjang gelombang cut-
off, maka efek fotolistrik tidak terjadi.
Dalam model Einstein menjelaskan bahwa energi kinetik maksimum
fotoelektron adalah linier fungsi frekuensi radiasi yang datang. Untuk setiap
logam, kemiringan plot ini memiliki nilai konstanta Planck. Intersep dengan
sumbu Kmaks menunjukkan nilai fungsi kerja yang merupakan karakteristik dari
logam elektroda. Di sisi lain, Kmaks dapat langsung diukur melalui eksperimen
124