Page 23 - BUKU GABUNGAN revisi 17.11.24_Neat
P. 23
Fisika Modern Terintegrasi Etnosains
cara untuk membedakan antara keadaan diam dan keadaan bergerak secara
konstan, kecuali dengan mengamati gerakan relatif terhadap objek lain.
Pengetahuan navigasi laut para pelaut Bugis-Makassar, yang diwariskan
turun-temurun, dapat dipahami dalam konteks ini. Mereka menggunakan
bintang sebagai acuan utama untuk navigasi, yang merupakan salah satu
bentuk kerangka acuan inersia. Sebagai contoh, jika mereka berada di atas
perahu yang bergerak, mereka tetap dapat mengamati posisi bintang di langit
dan menentukan arah berdasarkan pengamatan tersebut. Bintang yang tampak
bergerak di langit sebenarnya hanya mengubah posisinya karena pergerakan
bumi, namun bagi pelaut yang ada di atas perahu, posisi bintang tersebut tetap
menjadi patokan arah, meskipun perahu itu sendiri bergerak relatif terhadap
daratan.
Jika kita menggunakan transformasi Galileo untuk menjelaskan ini, bisa
dikatakan bahwa meskipun perahu bergerak, hukum fisika yang digunakan
untuk mengamati bintang tetap berlaku sama. Artinya, dalam kerangka acuan
perahu yang bergerak (kerangka inersia), hukum-hukum fisika tetap berlaku
seperti dalam kerangka yang diam, dan para pelaut dapat menentukan arah
mereka dengan mengamati bintang tanpa terpengaruh oleh gerak perahu.
Selain itu, penggunaan angin dan arus laut dalam navigasi bisa diartikan
sebagai upaya untuk memanfaatkan kerangka acuan yang bergerak (angin
dan arus) dalam perjalanan mereka. Sama halnya dengan prinsip transformasi
Galileo, meskipun perahu bergerak di atas air, arah angin dan arus tetap dapat
diprediksi dan digunakan untuk menyesuaikan jalur perjalanan, karena hukum
fisika yang mengatur aliran udara dan air juga berlaku secara konsisten dalam
kerangka acuan yang bergerak tersebut.
Para pelaut Bugis-Makassar memahami bahwa gerakan perahu mereka
relatif terhadap elemen-elemen alam, seperti air dan angin, sangat penting.
Mereka menggunakan persamaan gerak relatif secara intuitif dengan
17