Page 6 - 1. UKBM QURDIS XI SEMESTER 3 - HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA
P. 6
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perurutan penyebutan indra-indra pada ayat
diatas mencerminkan tahap perkembangan fungsi indra-indra manusia tersebut.
Selanjutnya dipilihnya bentuk jamak untuk penglihatan dan hati, karena yang didengar
sealalu saja sama, baik oleh seorang maupun banyak orang dan dari arah manapun
datangnya suara. Berbeda dengan apa yang dilihat. Posisi tempat berpijak dan arah
pandang melahirkan perbedaan. Demikian juga hasil kerja akal dan hati. Hati manusia
sekali senang sekali susah, sekali benci sekali rindu, tingkat-tingkatnya berbeda-beda
walaupun objek yang dibenci dan dirindui sama.
Hasil penalaran akalpun demikian. Ia dapat berbeda, boleh jadi ada yang sangat jitu dan
tepat, boleh jadi juga merupakan kesalahan fatal. Kepala sama berambut, tapi pikiran
berbeda-beda. FirmanNya di atas menunjukan kepada alat-alat pokok yang digunakan
untuk meraih pengetahuan. Yang alat pokok pada objek yang bersifat material adalah mata
dan telinga, sedangkan pada objek immaterial adalah akal dan hati.
c) Tafsir Al-Qur’anul Azhim (Ibnu Katsir)
78 - Allah Ta‟ala menyebutkan berbagai anugerah yang Dia limpahkan kepada hamba-
hamba-Nya ketika mereka dikeluarkan dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui
apa pun. Setelah itu Dia memberikan pendengaran yang dengannya mereka mengetahui
suara, penglihatan yang dengannya mereka dapat melihat berbagai hal, dan hati, yaitu akal
yang pusatnya adalah hati, demikian menurut pendapat yang shahih. Ada juga yang
mengatakan, otak dan akal.
Allah juga memberinya akal yang dengannya dia dapat membedakan berbagai hati, yang
membawa mudharat dan yang membawa manfaat. Semua kekuatan dan indera tersebut
diperoleh manusia secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit. Setiap kali tumbuh,
bertambahlah daya pendengaran, penglihatan, dan akalnya hingga dewasa. Penganugerahan
daya tersebut kepada manusia dimaksudkan agar mereka dapat beribadah kepada Rabbnya
yang Mahatinggi.
Dia dapat meminta kepada setiap anggota tubuh dan kekuatan untuk mentaati Rabbnya,
sebagaimana yang disebutkan dalam kitab shahih Bukhari, dari Abu Hurairah ra., dari
Rasulullah saw, dimana beliau bersabda: “Allah Ta‟ala berfirman: „Barangsiapa memusuhi
wali-Ku berarti dia telah menyatakan perang dengan terang-terangan kepada-Ku. Dan
tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih baik
daripada pelaksanaan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku masih
terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan nafilah (sunnah) sehingga Aku
mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang
dengannya dia mendengar, penglihatannya yang dengannya dia melihat, tangannya yang
dengannya dia memegang, dan kakinya yang dengannya dia berjalan. Jika meminta
kepada-Ku maka Aku pasti akan memberinya, dan jika berdo‟a kepada-Ku, Aku pasti akan
mengabulkannya, Jika memohon perlindungan kepada-Ku, Aku pasti akan melindunginya.
Aku tidak pernah ragu terhadap sesuatu yang Aku akan melakukannya. Keraguan-Ku
adalah, pada pencabutan nyawa seorang mukmin yang tidak menyukai kematian dan Aku
tidak ingin menyakitinya, sedang kematian itu merupakan suatu keharusan baginya.‟”
Makna hadits di atas adalah jika seorang hamba telah mengikhlaskan ketaatan, maka
seluruh amal perbuatannya hanya untuk Allah, sehingga dia tidak mendengar kecuali
karena Allah dan tidak melihat apa yang telah disyari‟atkan Allah kepadanya melainkan
hanya karena Allah semata, tidak memegang dan tidak pula berjalan melainkan dalam
rangka mentaati Allah seraya memohon pertolongan kepada-Nya dalam melakukan
semuanya itu.
Karena semuanya itu dalam beberapa riwayat hadits selain yang shahih, disebutkan setelah
firman Allah, dan kakinya yang dengannya dia berjalan, “Dengan-Ku dia mendengar,
dengan-Ku pula dia melihat, dengan-Ku dia memegang, dan dengan-Ku pula dia berjalan.”