Page 43 - E-Majalah Kriyasadana Edisi 4
P. 43
CERPEN
Kay menghela napas, tak Sementara itu, di sisi lain,
disangkanya Clara akan mengatakan keheningan dilanda Kay. Air matanya
hal tersebut. Dia terdiam sejenak, dia mengalir, menandakan kehilangan
sebenarnya tak mampu untuk Clara sebelum janji mereka terpenuhi.
mengeluarkan sepatah kata apapun. Janji untuk bertanding suatu saat
nanti, terabaikan dalam aliran waktu.
Namun karena senyuman Clara yang Sihir menghilang dengan harga
begitu indah dan sangat sempurna nyawa, mempertanyakan keberadaan
terlukis. “Aku tidak berhak kehilangan penyihir itu sendiri. Sungguh, dalam
atas dirimu, Ra”, balasnya dengan nada kekalahan penyihir itu, sesuatu yang
lirih. berharga telah hilang.
“Kay dekatkan kepalamu”, Clara
mengangkat tangan kanannya dan
membelai rambut halus Kay dengan
pelan dan penuh kehangatan. Saat itu
untuk pertama kalinya Kay merasakan
kehangatan ditengah dinginnya
malam.
Dua hari berlalu, dan takdir pun
berkobar dalam detik yang
menggetarkan. Pedang Excalibur
akhirnya menancap dalam batu abadi,
menyatukan kekuatan legendaris.
Namun, saat pedang itu dikembalikan,
dunia bergetar dalam ledakan
dahsyat. Ilara, dengan tiba-tiba,
meraih sarung pedang Excalibur dan
memakai mahkota ayahnya,
mengisyaratkan gugurnya sang raja.
43 E-Majalah Edisi 4
A
D
A
N
A
I
R
K
S
A
Y