Page 50 - Wahabi Menuduh NU Menjawab Melestarikan Amaliyah NU
P. 50

non  ibadah  tersebut  dijadikan  ibadah  atau  diposisikan  sebagai                  bertentangan  dengan syara’ (yaitu yang berisi kemusyrikan)
           ibadah, maka bisa termasuk dalam bid’ah.” (Al I’tishom, 1/348)                        dengan menggantinya berupa amalan-amalan Islami seperti do’a,/
                                                                                                 dzikir berjama’ah, permohonan ampun (istighfar), pembacaan al-
           Dan  sedikit  tambahan  bahwa  tradisi  yang  diposisikan  sebagai                    Qur’an dan dzikir-dzikir lainnya, tanpa mengubah kebiasaan (adat)
           ibadah sebenarnya malah  akan menyusahkan umat Islam.                                 sehingga tidak lagin bertentangan dengan syariat. Tentunya semua
           Misalnya saja tradisi selamatan kematian pada hari ke-7, 40, 100,                     itu bukan tanpa pertimbangan dengan syariat Islam, bahkan hal
           atau 1000 hari. Syari’at sebenarnya ingin meringankan beban pada                      itu sudah dipertimbangan dan dipantau dengan kaca mata syariat
           hambanya. Namun, karena melakukan bid’ah semacam ini, beban                           Islam oleh para ulama dengan sangat bijaksana.
           hamba tersebut bertambah. Sebenarnya melakukan semacam ini
           tidak ada tuntunannya, malah dijadikan sebagai sesuatu yang wajib                     Jika kita mengkaji,  apa yang menjadi  pertimbangan dan
           sehingga membebani hamba. Bahkan kadang kami menyaksikan                              kebijaksaan ulama lebih mendalam maka kita akan menemukan
           sendiri di sebuah desa yang masih laris di sana tradisi selamatan                     banyak hal yang membenarkan hal itu, sebab adat (kebiasaan) itu
           kematian. Padahal kehidupan kebanyakan warga di desa tersebut                         hukumnya boleh dalam syariat Islam, sesuai kaidah ushul fiqh “ al
           adalah ekonomi menengah ke bawah. Lihatlah bukannya dengan                            ‘adatu muhkamatun” adat itu merupakan hukum, dengan catatan
           meninggalnya keluarga, dia diringankan bebannya oleh tetangga                         bahwa adat tersebut tidak lagi bertentangan dengan Al qur’an dan
           sekitar. Malah tatkala  kerabatnya  meninggal,  dia harus mencari                     As sunnah dan juga ijma’ para ulama salaf (terdahulu)
           utang di sana-sini agar bisa melaksanakan  selamatan kematian
                                                                                                                                       ّ
                                                                                                                                                         ّ
           yang sebenarnya tidak ada tuntunannya. Akhirnya karena kematian                           بتك هدعب اهب لعف ةنسح ةنس ملاسلاا ف نس نم
           kerabat bertambahlah  kesedihan dan beban kehidupan.   Kami
           memohon  kepada  Allah, semoga  Allah memperbaiki  kondisi                              ئش مهروجأ نم صقني لاو اهب لمع نم رجأ لثم ل
           bangsa ini dengan menjauhkan  kita dari berbagai amalan  yang                                                         ّ     ّ                 ّ
           tidak ada tuntunannya.                                                                   . بتك هدعب اهب لعف ةئيس ةنس ملاسلاا ف نس نم

           Sumber : https://rumaysho.com/892-mengenal-bidah-7-                                    ئش مهرازوأ نم صقني لاو اهب لمع نم رزو لثم هيلع
           selamatan-kematian-kan-sudah-jadi-tradisi.html
                                                                                                                                                 .(ملسم هاور)
                              Santri NU Menjawab                                                      “Barangsiapa yang mengadakan dalam islam SUNNAH

                                                                                                       HASANAH (sunnah yang baik) maka diamalkan orang
                 ada saat ulama menyebarkan Islam di Indonesia, di wilayah                          (dikemudian hari) sunnahnya itu, maka diberikan kepadanya
                 Indonesia sudah ada kebiasaan (adat) yang isinya adalah                          pahala sebagai pahala orang yang mengerjakan tersebut, dengan
           Pibadah  (non-Islam)  yang bertentangan  dengan  syariat                              tidak mengurangi sedikit pun dari pahala orang yang mengerjakan
           Islam. Kebiasaan (adat) ini sudah mengakar dimasyarakat disaat                           kemudian hari itu Dan Barangsiapa yang mengadakan dalam
           itu, artinya telah menjadi adat masyarakat.  Oleh karenanya,                           islam SUNNAH SAYIAH (sunnah yang buruk) maka diamalkan
           ulama yang mendakwah Islam kemudian mengubah hal-hal yang


                         Wahabi Menuduh   82   Santri Menjawab                                                 Wahabi Menuduh   83   Santri Menjawab
   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55