Page 142 - Bahasa Indonesia 10 Guru
P. 142
Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Dialog Narasi
Pada puncak pengadilan korupsi politik, Pada puncak pengadilan korupsi
Jaksa penuntut umum menyerang saksi. politik, Jaksa penuntut umum
Jaksa : “Apakah benar, bahwa anda menyerang saksi.
menerima lima ribu dolar “Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa
untuk berkompromi dalam Anda menerima lima ribu dolar untuk
kasus ini?” berkompromi dalam kasus ini?”
Saksi : (menatap keluar jendela Saksi menatap keluar jendela seolah-
seolah-olah tidak olah tidak mendengar pertanyaan.
mendengar pertanyaan) “Bukankah benar bahwa Anda
Jaksa : “Apakah benar, bahwa anda menerima lima ribu dolar untuk
menerima lima ribu dolar berkompromi dalam kasus ini?” ulang
untuk berkompromi dalam pengacara.
kasus ini?” Saksi masih tidak menanggapi.
Saksi : (tidak menanggapi) Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong
Hakim : “Pak, tolong jawab jawab pertanyaan Jaksa.”
pertanyaan Jaksa.” “Oh, maaf.” Saksi terkejut sambil
Saksi : (kaget) “Oh, maaf. Saya pikir berkata kepada hakim, “Saya pikir dia
dia tadi berbicara dengan tadi berbicara dengan Anda.”
Anda.”
PROSES PEMBELAJARAN C
KEGIATAN 3
Menganalisis Struktur dan Kebahasaan Teks Anekdot
Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki fitur kebahasaan yang khas yaitu
(a) menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu; (b) menggunakan
kalimat retoris, kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban;
(c) menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang menyatakan hubungan
waktu seperti kemudian, dan lalu; (d) menggunakan kata kerja aksi seperti menulis,
membaca, berjalan, dan sebagainya; (e) menggunakan imperative sentece (kalimat
perintah); (f) menggunakan (kalimat seru).
Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk drama atau dialog,
penggunaan kalimat langsung sangat dominan.
Contoh analisis kaidah kebahasaan dalam teks anekdot Kisah Pengadilan Tindak
124 Buku Guru Kelas X SMA/MA/SMK/MAK