Page 4 - Bahasa Indonesia 10 Guru
P. 4
pengayaan keterampilan, atau pengayaan kepribadian, baik iksi (kumpulan puisi,
kumpulan cerpen, novel, drama) maupun buku noniksi (biograi, otobiograi, buku
motivasi, petuah, atau buku panduan beribadah). Untuk menuntun peserta didik
agar dapat membaca 6 judul buku, Ibu/Bapak guru dapat memotivasi peserta didik
agar buku bacaan itu dilaporkan setiap bulan, dengan asumsi bahwa satu semester itu
ditempuh dalam 6 bulan. Namun, Ibu/Bapak guru dapat menerapkan cara lain untuk
mengakselerasi kegiatan membaca buku yang dilakukan peserta didik sehingga
kegiatan ini mendorong peserta didik untuk aktif membaca dan menulis sebagai salah
satu cara menunjang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dicanangkan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Konsep utama pengembangan buku teks ini adalah genre-based. Adapun genre
(fungsi bahasa) dimaknai sebagai kegiatan sosial yang memiliki jenis yang berbeda
sesuai dengan tujuan kegiatan sosial dan fungsi komunikasi. Setiaap jenis genre
(tipe teks) memilki kekhasan cara pengungkapan struktur retorika teks, isi, dan
kekhasan unsur kebahasaan. Inilah cara pandang baru tentang bahasa. Jika KTSP
menekankan pendekatan komunikatif maka Kurikulum 2013 lebih menajamkan
efek komunikasinya dan dampak fungsi sosialnya. Misalnya, jika pada KTSP peserta
didik diajari menulis surat dengan format standar tidak terlalu menekankan pada isi
surat, maka materi surat pada Kurikulum 2013 harus dapat berdampak sosial yang
menunjukkan kepribadian saat menulis surat lamaran pekerjaan atau surat lamaran
yang dapat meyakinkan orang lain. Bahasa dan Isi menjadi dua hal yang saling
menunjang. Ini sejalan dengan perkembangan teori pengajaran bahasa di Eropa dan
Amerika, Content Language Integrated Learning (CLIL) yang menonjolkan 4 unsur
penting sebagai penajaman pengertian kompetensi berbahasa, yaitu isi (content),
bahasa/komunikasi (communication), kognisi (cognition), dan budaya (culture).
Dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia kepada peserta didik, Ibu/
Bapak guru menggunakan teks dalam konteks sosial. Untuk mencapai kompetensi
berbahasa dan bersastra yang diharapkan, peserta didik dapat diajak untuk mengikuti
tahapan belajar secara saksama. Ibu/Bapak guru dapat memulai pembelajaran dari
pemahaman teks dan mendorong siswa dapat mengidentiikasi jenis dan makna
yang terdapat dalam teks. Peserta didik diajak untuk mengkonstruksi pikirannya dari
teks yang dibaca atau didengar (diusahakan agar kemampuan mendengarkan dan
membaca dikembangkan secara seimbang). Tahap berikutnya, peserta didik diajak
untuk mengidentiikasi struktur retorika, isi, dan penggunaan unsur kebahasaan.
Selanjutnya, peserta didik diajak untuk melakukan pemodelan dan mendekonstruksi.
Pada tahap ini, Ibu/Bapak guru dapat menggunakan pendekatan scientiic sebagai salah
satu alternatif proses pembelajaran kepada peserta didik. Tahap berikutnya adalah
mengkonstruksi teks, baik dengan bantuan teman (berkelompok) maupun guru.
Namun, pada akhirnya, peserta didik harus dituntun untuk dapat mengkonstruksi
secara mandiri.
iv Buku Guru Kelas X SMA/MA/SMK/MAK