Page 20 - S Pelabuhan 15.indd
P. 20
Sejarawan A.B. Lapian mengemukakan bahwa apabila kita berbicara tentang Sejarah
Nusantara maka dengan sendirinya aspek maritim akan selalu menonjol. Tanpa aspek
ini maka sejarahnya hanya berkisar kepada pulau yang terpisah-pisah. Ada banyak
pilihan untuk berlayar dengan sampan, perahu, dan jukung, galai, gobang, lancang,
lepa-lepa, londe, padewakang, pencalang, pinisi, rah, soppe, wangkang, dan berbagai
sarana angkutan air lainnya. Jenis-jenis angkutan laut tersebut ini mencerminkan
kekayaan perbendaharaan alat angkutan yang digunakan untuk mengadakan
hubungan antar pulau. Beberapa di antaranya hanya dikenal dalam lingkungan
sukubangsa tertentu, sedangkan ada jenis perahu yang tersebar di seluruh Nusantara.
Berbagai jenis perahu yang disebut dalam daftar di atas mempunyai tingkat kelayakan
laut yang berbeda-beda (Lapian 1992, 4).
Seiring dengan kemajuan teknologi pembuatan perahu, diperkembangkan pula
keterampilan navigasi disertai pengetahuan geografi untuk mengenal lokasi yang
dikunjungi; hidrografi untuk mengetahui arus laut pada waktu tertentu dan alur
pelayaran yang aman; meteorologi untuk mempelajari gerak angin yang bisa
dimanfaatkan; astronomi untuk memahami peredaran bulan dan bintang yang dapat
jadi pegangan dalam menentukan arah, dan lain-lain ilmu pengetahuan sebagai
penunjang dalam melaksanakan perjalanan lintas laut yang tepat. Ilmu tradisional
yang berkembang itu telah mampu untuk memenuhi keperluan penyelenggaraan
pelayaran dan perdagangan antar pulau di masa lalu dan memberi penjelasan atas
permasalahan dan pertanyaan yang muncul sekitar penyelenggaraan pelayaran itu.
Pendekatan sejarah maritim Indonesia hendaknya melihat seluruh wilayah perairannya
sebagai pemersatu yang mengintegrasikan ribuan pulau yang terpisah-pisah itu. Dalam
proses perkembangannya tingkat integrasi bisa berbeda-beda baik secara geografi s
maupun secara politis, ekonomis, sosial dan kultural. Pada tahap awal kegiatan hanya
terbatas pada suatu wilayah teluk kecil atau selat sempit tempat masyarakat lokal
menyambung hidup sebagai nelayan, akan tetapi dengan berkembangnya teknologi
perkapalan dan pelayaran maka wilayah kegiatannya bisa meluas sampai ke perairan
yang lebih jauh. Sementara itu kekuatan ekonomi dan politik bisa saja memperluas
wilayah pengaruhnya dalam satu wilayah kekuasaan yang lebih besar (Lapian 1992,
5-6).
8