Page 284 - S Pelabuhan 15.indd
P. 284

cenadana , sementara mereka menjual besi , porselin, sutera, dan emas. Sementara

                                     itu para pedagang Belanda dan Portugis  juga mengunjungi pelabuhan di selatan
                                     Timor di Wilayah kekuasaan Kerajaan Amanuban dan  Amanatun, seperti desa-desa
                                     pelabuhan Kolbano,Nuukolo dan Mota Dikin.


                                     Sudah sejak tahun 1653, Belanda merebut Kupang dari kekuasaan Portugis namun
                                     baru pada abad ke-18, pelabuhan Kupang yang aman dari badai ini menjadi tempat
                                     persinggahan para pedagang dari banyak daerah. Terutama bagi para pedagang Cina,

                                     Melayu, Jawa dan Bugis-Makasar yang ingin membeli kayu cendana dan budak.
                                     Selain pelabuhan Kupang, di tempat-tempat lain di pantai utara Timor bagian barat
                                     terdapat beberapa pelabuhan milik raja-raja setempat. Dari pelabuhan-pelabuhan
                                     inilah para pedagang Cina mendapatkan kayu cendana dan lilin lebah. Kebanyakan

                                     para pedagang Cina menjadi agen atau perantara dalam perdagangan kayu cendana
                                     yang biasanya dikontrol oleh  para raja (liurai) setempat. (Parimartha 2002:248-
                                     249) Selain itu para pedagang Cina ini juag tidak takut untuk menjelajahi daerah
                                     pedalaman terutama di daerah kerajaan di pedalaman di Amanuban, Molo dan Belu

                                     Selatan.

                                     Para pedagang Cina ini kemudian membawa barang dagangan tersebut dengan kapal

                                     menuju Kupang untuk dijual kepada para pedagang lain. Kapal-kapal dagang yang
                                     berdatangan ke Kupang biasanya pada bulan Maret dan September, dan mereka
                                     meninggalkan Kupang pada bulan April, Mei dan Oktober, hal ini sejalan dengan
                                     bertiupnya angin musim.


                                     Pada akhir abad ke-17, pemimpin Larantuka atau Portugis Hitam mulai melihat
                                     bahwa perdagangan kayu cendana asal  Timor sangat menguntungkan sehingga
                                     mereka juga ingin terlibat dalam penguasaan perdagangan kayu cendana. Dengan

                                     menggunakan Angkatan Perangnya, pemimpin Larantuka ingin menguasai daerah
                                     perdagangan kayu cendana di tempat asalnya, Timor.


                                     Pada tahun 1640, dikirim satu Patroli untuk menduduki Wilayah Lifau yang terletak
                                     dipantai Utara Timor, sebuah pelabuhan milik orang Portugis yang kaya dengan
                                     hutan kayu cendana .


                                     Sekitar tahun 1675, Antonio dan Hornay, anak dari Jan De Hornay, komandan
                                     benteng  VOC di Solor yang membelot kepihak Larantuka-Portugis menjadi
      272                            pemimpin Larantuka , dia bahkan menobatkan dirinya sebagai Raja tanpa mahkota
   279   280   281   282   283   284   285   286   287   288   289