Page 285 - S Pelabuhan 15.indd
P. 285

ATLAS  PELABUHAN-PELABUHAN  BERSEJARAH  DI  INDONESIA







            dari Timor  (Uncrowned King of Timor), karena dia mempunyai kekuasaan untuk

            mengatur lalu-lintas perdagangan kayu cendana, berupa kekuatan untuk menaikkan
            harga dan bahkan melarang penjualan kayu cendana kepada para pedagang asing.
            Perluasan kekuatan Larantuka di  Timor diperoleh dari perkawinan Antonio da
            Hornay dengan anak perempuan Raja Ambeno di Timor.


            Perebutan hegemoni politik dan ekonomi di Nusa Tenggara Timur terus dilakukan
            oleh VOC dengan menaklukan Kupang diujung selatan Pulau Timor tahun 1653.

            Setelah penaklukan di wilayah Kupang, VOC membangun benteng (Fort) Concordia
            sebagai pusat basis pertahanan, politik dan ekonomi di Pulau Timor. Pelabuhan
            Kupang dijadikan oleh Belanda sebagai pusat politik dan perdagangan di wilayah
            Nusa Tenggara Timur. Di pihak lain Portugal juga merasa ekspansi Portugis Hitam

            dari Larantuka ke Timor dilakukan bukan atas nama Portugal, sehingga gubernur
            Makao mengirim Antonio Coelho Guerreiro dengan seratus prajurit untuk membuka
            basis di Timor. Dalam persinggahannya di Larantuka, dia diusir oleh Raja Larantuka,
            Domingos da Costa. Guerreiro bersama pasukannya akhirnya mendarat di Lifau,

            Timor utara, pada tahun 1702. Di Lifau, dia bersama pasukannya membangun
            dengan susah payah benteng dari tanah lumpur, sampai akhirnya berdirilah sebuah
            kota kecil yang juga berfungsi sebagai pelabuhan.


            Raja Larantuka menganggap bahwa kedudukan Portugis di Timor adalah tindakan
            penyusupan atas wilayahnya, seperti yang dilakukan oleh Belanda. Pasukan Larantuka
            (Topas) kemudian mengepung benteng Lifau selama dua tahun, banyak pasukan
            Portugis yang mati kelaparan akibat pengepungan tersebut. Guerreiro akhirnya

            menyerah kalah kepada pasukan  Topas tahun 1704. Pelabuhan Lifau kemudian
            dijadikan pelabuhan yang menguntungkan bagi kaum Portugis Hitam untuk menjual
            kayu cendana kepada para pedagang Cina, Bugis dan Makasar.


            Sudah sejak tahun 1653, Belanda merebut Kupang dari kekuasaan Portugis namun
            baru pada abad ke-18, pelabuhan Kupang yang aman dari badai ini menjadi tempat
            persinggahan para pedagang Cina, Melayu, Jawa dan Bugis-Makasar yang ingin

            membeli kayu cendana, lilin, kuda dan budak. Selain pelabuhan Kupang, di tempat-
            tempat lain di pantai utara Timor bagian barat terdapat beberapa pelabuhan milik raja-
            raja setempat. Dari pelabuhan-pelabuhan inilah para pedagang Cina mendapatkan
            kayu cendana dan lilin lebah. Kebanyakan para pedagang Cina menjadi agen atau

            perantara dalam perdagangan kayu cendana yang biasanya dikontrol oleh para raja                    273
   280   281   282   283   284   285   286   287   288   289   290