Page 15 - E-LKPD Keanekaragaman Lumut
P. 15

PENGANTAR MATERI




                                                          Lumut
                 Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati berlimpah, salah

          satu keanekaragaman yang sangat melimpah adalah jenis tumbuhan tingkat rendah yaitu
          lumut (Bryophyta). Lumut adalah salah satu anggota Plantae yang dapat dijumpai dengan
          mudah. Lumut dapat dengan mudah ditemukan di daerah yang memiliki intensitas cahaya

          dan suhu udara yang relatif rendah, contohnya di daerah sekitar air terjun. Lumut juga dapat
          hidup di tanah, tembok, bebatuan, serta dapat menempel di kulit pohon, bahkan lumut juga
          dapat hidup di air, contohnya adalah Ricciocarpus natans.

                 Lumut  merupakan  tumbuhan  nonvaskuler  dan  tidak  memiliki  jaringan  yang
          berlignin.  Sebagai  tumbuhan  yang  tidak  memiliki  akar,  batang  dan  daun  sejati,  lumut
          memiliki  sel-sel  khusus  yang  digunakan  untuk  menyerap  air  dan  garam  mineral,  yaitu

          rizoid. Rizoid pada lumut tidak memiliki kemampuan yang besar dalam menyerap air dan
          garam  mineral,  sehingga  penyerapan  air  dan  garam  mineral  terjadi  melalui  jaringan  di
          seluruh  permukaan  tubuh  lumut  dan  disalurkan  ke  seluruh  tubuh  memanfaatkan  daya
          kapilaritas.

                 Selama hidupnya lumut memiliki dua macam fase pergiliran keturunan, yaitu fase
          gametofit  dan  fase  sporofit.  Masa  hidup  fase  sporofit  pada  lumut  lebih  pendek  jika

          dibandingkan dengan masa hidup fase gametofit. Fase sporofit lumut menghasilkan spora
          haploid, sedangkan fase gametofit lumut menghasilkan gamet (sel kelamin). Gamet jantan
          dibentuk dalam anteridium yang dapat menghasilkan spermatozoid, sedangkan gamet betina
          dibentuk  dalam  arkegonium  yang  dapat  menghasilkan  ovum.  Fase  gametofit  lumut

          berbentuk  talus,  berwarna  dominan  hijau  dengan  bentuk  bervariasi  yang  mengandung
          klorofil a dan b. Keberadaan klorofil pada talus menjadikan fase gametofit lumut mampu
          membuat  makanannya  secara  mandiri  atau  bersifat  autotrof.  Fase  sporofit  lumut

          memperoleh nutrisinya dengan cara bergantung pada fase gametofit.
                 Lumut dikelompokkan ke dalam tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepaticopsida), lumut
          tanduk  (Anthocerotopsida)  dan  lumut  daun  atau  lumut  sejati  (Bryopsida).  Ketiga  kelas

          lumut  tersebut  memiliki  ciri-ciri  atau  karakter  yang  berbeda.  Lumut  hati  memiliki
          keanekaragaman kurang lebih mencapai 9.000 spesies. Gametofit pada lumut hati tersusun
          atas struktur talus yang berbentuk seperti lembaran pipih yang terdiri atas bagian dorsal dan

          bagian ventral, dan bercabang dikotomi dengan ujung bertakik. Permukaan dorsal lumut
          hati  memiliki  midrib  dan  gemmae  cup,  sedangkan  pada  bagian  ventral  terdapat  sisik.
          Permukaan ventral lumut hati terdapat rizoid yang berfungsi untuk melekatkan talus pada
          substrat.  Gametofit  pada  lumut  hati  menghasilkan  gamet  jantan  dan  gamet  betina  yang










                                                                                                                    3
   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20