Page 27 - kultur jaringan_Neat
P. 27
2.1. SEJARAH SINGKAT KULTUR JARINGAN
Jaringan tanaman pertama kali berhasil dikulturkan oleh White pada tahun
1934. Menjelang tahun 1939, White melaporkan keberhasilan pertama kultur
kalus wortel dan tembakau. Pada tahun 1957, dipublikasikan suatu naskah kunci
yang ditulis oleh Skoog dan Miller di mana kedua pakar ini mengemukakan
bahwa interaksi kuantitatif antara auksin dan sitokinin akan menentukan tipe
pertumbuhan dan peristiwa morfogenik yang akan terjadi. Penelitian mereka
pada tanaman tembakau menunjukkan bahwa rasio auksin : sitokinin yang tinggi
akan menginduksi pembentukan akar, sedangkan rasio sebaliknya akan
menginduksi morfogenesis pucuk. Namun sayangnya, pola respon demikian tidak
berlaku universal. Sementara manipulasi rasio auksin terhadap sitokinin telah
berhasil menginduksi morfogenesis pada berbagai taksa, kini sudah semakin jelas
bahwa berbagai faktor lain juga mempengaruhi kemampuan sel-sel yang
dikulturkan untuk berdiferensiasi menjadi akar, pucuk atau embrio (Taji, 2006:1)
Gambar 2.1. Folke K. Skoog
Sumber: https://www.ecured.cu/Folke_Karl_Skoog
Pendorong utama bagi penerapan teknik kultur jaringan untuk
perbanyakan berbagai spesies tanaman adalah apa yang dilakukan oleh Morel
yang memperbanyak tanaman anggrek menggunakan teknik ini pada tahun
1960, dan pengembangan serta penggunaan yang luas dari komposisi medium
dasar dengan konsentrasi garam mineral yang tinggi yang diformulasikan oleh
Murashige dan Skoog pada tahun 1962.
XI SMA/MA 16 KULTUR JARINGAN