Page 27 - 2_DESAIN E-MODUL
P. 27

pengukuran berulang.  Alat ukur dikatakan memiliki presisi  yang tinggi jika dipakai untuk

               mengukur  suatu  besaran  fisika  secara  berulang  dan  memberikan  hasil  yang  tidak  banyak
               berubah. Suatu hasil pengukuran yang teliti (akurat) belum tentu tepat (presisi). Sebaliknya

               hasil pengukuran yang tepat (presisi), belum tentu tepat (akurat).


                  b     Kesalahan


                     Pada dasarnya, semua pengukuran selalu diliputi dengan kesalahan yang berkontribusi
               terhadap ketidakpastian hasil pengukuran. Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang

               diukur  dari  nilai  benar.  Ada  tiga  macam  kesalahan,  yaitu  kesalahan  umum  (keteledoran),

               kesalahan acak, dan kesalahan sistematis.
               1)  Keteledoran, keteledoran umumnya disebabkan oleh keterbatasan pengamat, diantaranya

                    kurang terampil memakai alat ukur, atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala
                    yang kecil.

               2)  Kesalahan  acak,  kesalahan ini  disebabkan  adanya  fluktuasi-fluktuasi  yang  halus  dapat
                    disebabkan oleh gerak Brown molekul udara, fluktuasi tegangan listrik PLN atau baterai,

                    landasan yang bergetar, dan bising.

               3)  Kesalahan  sistematis,  kesalahan  sistematis  adalah  kesalahan  pengukuran  yang
                    disebabkan oleh ketidaktepatan sistem pengukuran tersebut. Penyebab kesalahan dalam

                    pengukuran tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
                    a.  Kesalahan kalibrasi, yaitu penyesuain pembubuhan nilai pada garis skala pada saat

                        pembuatannya.  Kesalahan ini dapat diatasi dengan mengkalibrasi ulang instrumen

                        terhadap instrumen standar.
                    b.  Kesalahan titik nol, yaitu titik nol jarum penunjuk tidak berimpit dengan titik nol

                        skala. Kesalahan ini diatasi dengan mengoreksi penulisan hasil pengukuran.
                    c.  Kesalahan  komponen  alat  ukur.  Misalnya  alat  ukur  sudah  tua  sehingga  kondisi

                        komponennya sudah tidak baik.

                    d.  Kesalahan  paralaks,  kesalahan  baca  yang  terjadi  akibat  kurang  tepatnya  mata
                        melihat alat ukur.


                  c     Melaporkan Hasil Pengukuran

                     Semua  pengukuran  baik  pengukuran  tunggal  maupun  pengukuran  berulang  selalu

               diliputi  kesalahan,  maka  hasil  suatu  pengukuran  harus  dilaporkan  dengan  menyertakan
               ketidakpastian dari nilai-nilai yang diukur.






                 E-Modul Fisika Berbasis Model Discovery Learning untuk Kelas X SMA
                                                                                                               25
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32