Page 55 - Buku Ajar Digital-Bahasa Indonesia Terapan
P. 55
19 Maret 1947. Pengubahan dari ejaan van Ophuijsen ke ejaan Soewandi
dimaksudkan agar terdapat kemudahan dalam penyederhanaan bahasa yang
digunakan. Beberapa perubahan penting dalam ejaan Soewandi adalah :
Huruf ‘oe’ diganti menjadi ‘u’. Misalnya : toetoep menjadi tutup.
Bunyi sentak diganti dengan huruf ‘k’. Misalnya : ra’yat menjadi
rakyat.
Kata ulang boleh ditulis dengan angka dua, tetapi harus diperhatikan
pada bagian mana pengulangannya. Misalnya : bermain–main menjadi
ber-main2.
Tanda trema dihilangkan. Misalnya : taät menjadi taat
Huruf ‘é’ disamakan sehingga tidak perlu ada pemberian garis di
bagian atas menjadi ‘e’. Misalnya, dalam kata béras menjadi beras,
séjoek menjadi sejuk, bébas menjadi bebas, mérah menjadi merah.
Kata – kata baru yang dalam bahasa asalnya tidak memakai pepet
maka dalam Bahasa Indonesia pun tidak diberi pepet. Misalnya sastera
menjadi sastra.
3.3 Ejaan Pembaharuan (1956 – 1961)
Ejaan pembaharuan dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan
Soewandi, berdasarkan Surat Keputusan Menteri P dan K Nomor 48 tahun
1956.
Ejaan ini membuat standar satu fonem dengan satu huruf, misalnya,
kata menyanyi : menjanji menjadi meñañi.
Selain itu, untuk kata – kata yang berdiftong ‘ai,’ ‘au’ dan ‘oi’ dieja
menjadi ‘ay,’ ‘aw’ dan ‘oy.’ Misalnya, kerbau menjadi kerbaw, sungai
menjadi sungay dan koboi menjadi koboy. Sayangnya, ejaan ini tidak
jadi diresmikan dalam undang - undang.
34