Page 12 - ISLAM DAN AGRARIA TElaah Normatif dan Historis Perjuangan Islam Dalam merombak Ketidakadilan Agraria
P. 12
kalangan Islam terhadap ide-ide pokok reforma agraria harus diakui
nyata, tetapi lebih sering dilupakan bahkan terabaikan. Gagasan-gagasan
agraria dalam wacana Islam Indonesia mengalami pemiskinan, karena
ketiadaan perhatian yang memadai terhadap jasa para ulama dan tokoh-
tokoh Islam dalam pemikiran dan perjuangan agraria.
Tiadanya wawasan historis dalam melihat persoalan agraria itu
mengakibatkan umat Islam, di satu sisi, terus menjadi korban bagi
ketidakadilan agraria tanpa jalan keluar untuk memutus lingkaran setan
yang diciptakannya, dan di sisi lain, turut menjadi trouble factor dari
permasalahan agraria itu sendiri. Penyalahgunaan tanah-tanah wakaf
untuk memperkuat konsentrasi lahan yang terus terjadi, misalnya. Alih-
alih menyejahterakan umat, konsepsi dan praktik wakaf yang sarat dengan
nuansa kapitalistik hari ini turut berkontribusi bagi kesenjangan ekonomi
umat, di mana yayasan-yayasan Islam memiliki lahan yang sangat luas,
sementara di sekelilingnya ratusan keluarga Muslim hidup kekurangan.
Perspektif dan wawasan yang dihadirkan buku ini tentunya akan
lebih kuat, jika diiringi dengan kajian “fiqh agraria”, seputar tata-
aturan hukum Islam di bidang keagrariaan. Perspektif fiqh itu akan
memberi pengertian mengapa para ulama dan tokoh Islam di masa
lampau mengambil langkah-langkah yang dijabarkan dalam buku ini,
sebagai bentuk ijtihad mereka menyelesaikan persoalan agraria pada
masanya. Sebagai hasil ijtihad, langkah-langkah umat Islam menghadapi
persoalan agraria itu dapat menjadi inspirasi kita di Indonesia hari ini,
yang mengalami berbagai persoalan yang relatif serupa—monopoli tanah
dan sumber daya-sumber daya alam, kekerasan agraria, ketuna-kismaan
(landlessness), dan lain-lain. Suatu bahan inspiratif yang dialektis bagi
kebutuhan suatu perjuangan agraria yang berorientasikan pembebasan
yang sesungguhnya bagi kondisi-kondisi aktual umat Islam di Indonesia,
dan rakyat Indonesia pada umumnya, yang belum sepenuhnya berdaulat
atas tanah-airnya sendiri.***
Pengantar: Islam, Pembebasan, dan Keadilan Agraria xi