Page 9 - ISLAM DAN AGRARIA TElaah Normatif dan Historis Perjuangan Islam Dalam merombak Ketidakadilan Agraria
P. 9

matanya dan mematikannya di tanahnya”, yang kemudian terkabul: Arwa
            hidup buta di sisa hidupnya sampai meninggal.
                Hadits tersebut, dan latar belakang periwayatannya yang
            mengikutinya kemudian, menunjukkan bahwa sedari awal, misi dakwah
            Islam telah menyentuh dimensi materiil dari kehidupan sosial itu sendiri,
            prasyarat-prasyarat bagi kehidupan berupa tanah di mana manusia hidup,
            dengan segenap tetek-bengek persoalannya. Dengan kata lain, Islam telah
            berhadapan secara materialis dengan fakta bahwa prasyarat kehidupan itu
            dapat berlangsung dengan tidak adil dan sarat konflik, dan Islam mau tak
            mau dituntut menjawab persoalan itu demi menegakkan suatu tatanan
            sosial yang lain di mana keadilan terwujud dan dimungkinkan. Pertemuan
            antara ajaran langit dan kontradiksi di bumi ini merupakan titik konfrontatif
            di mana Islam, dan umat Islam secara konsekuen, tidak dapat lagi diam
            dan mesti menyikapi sungguh-sungguh persoalan itu.
                Kerasnya nada Rasulullah SAW mengisyaratkan bahwa problem
            agraria telah hadir semenjak era Rasul, dan tampaknya berlarut-larut
            terus terjadi di kalangan umat Islam di periode-periode kemudian.
            Penelusuran buku ini menunjukkan bahwa selama berabad-abad setelah
            Rasulullah SAW wafat, persoalan agraria semakin hadir sebagai persoalan
            urgen dalam kehidupan umat Islam, sehingga membutuhkan respons
            yang lebih komprehensif.
                Perkembangan ini, secara historis-materialis, dapat ditelusuri
            darikonfigurasi sosial yang dinamis sepanjang pewahyuan Islam. Dimulai
            dari fakta sosial di Mekkah, berupa ketimpangan pemilikan tanah dan
            ketimpangan kelas sosial antara para elite Arab yang kaya-raya dan
            kaum budak yang tak berkepemilikan, pemboikotan atas Rasulullah
            dan pengikutnya dan pengusirannya dari Mekkah, migrasi ke Abyssenia
            (Ethiopia), hingga peristiwa besar Hijrah ke Madinah dan terbentuknya
            komunitas Islam generasi awal (al-sabiqun al-awwalun) di antara Muhajirin
            dan Anshor, yang tak bertanah dan yang bertanah, serta terjadinya alih-
            kepemilikan antara umat Muslim dan penduduk asli Madinah dari


           viii                                          Islam dan Agraria
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14