Page 80 - SKI_Revisi Kls 9
P. 80

Implementasi  nilai-nilai  ajaran  Islam  dalam  kehidupan  sehari-hari,  misalnya

                       penggunaan  nama-nama  hari  dalam  penanggalan,  yaitu  Ahad,  Senin,  Selasa,  Rabu,
                       Kamis, Jum’at, dan Sabtu; nama-nama orang seperti Ahmad, Muhammad, Abdullah,

                       Abdur  Rahman,  dan  lain-lain;  pemakaian  perhitungan  bulan-bulan  Hijrah  untuk
                       kegiatan ibadah keagamaan, dan lain-lain.

                       Penggunaan  kosakata  bahasa  Arab,  seperti  syukur,  selamat,  salam,  kurban,  kawan,
                       karib, dan selainnya dalam bahasa pergaulan sehari-hari. Bahkan, idiom-idiom Arab

                       itu  pun  sampai  memberikan  kontribusi  pada  lembaga  formal  kenegaraan,  seperti

                       Dewan  Permusyawaratan  Rakyat,  Majelis  Permusyawaratan  Rakyat,  Mahkamah
                       Konstitusi,  dan  lain-lain.  Begitu  pula  penyerapan  kosakata  bahasa  Arab  ke  bahasa

                       baku atau formal, seperti rakyat, masyarakat, wilayah, dan seterusnya.
                       Dakwah Walisanga dilakukan dengan cara sangat arif dan bijaksana. Wujudnya, tidak

                       jarang bahasa lokal digunakan untuk menggantikan istilah-istilah bahasa Arab, seperti
                       penyebutan  istilah  Gusti  Kang  Murbening  Dumadi  untuk  menggantikan  sebutan

                       Allahu  Rabbul  ‘Alamin;  Kanjeng  Nabi  untuk  menyebut  Nabi  Muhammad  Saw.;

                       Susuhunan untuk menggantikan sebutan Hadratus Syaikh; Kiai untuk menyebut al’-
                       Alim; guru untuk menyebut al-Ustadz; dan murid untuk saalik. Semua itu dilakukan

                       dengan tujuan kemaslahatan masyarakat secara umum.


                  2.   Kearifan Lokal dari Berbagai Suku di Indonesia

                  a.   Kearifan Lokal di Jawa
                       1)  Tahlilan

                           Istilah  tahlilan  berasal  dari  bahasa  Arab,  yaitu  dari  kata  hallala-yuhallilu-
                           tahlilan,  artinya  membaca  kalimat  la  ilaha  illallah  yang  mengandung  makna

                           sebuah pernyataan bahwa tiada Tuhan selain Allah. Kalimat tahlil dan rangkaian

                           bacaan dalam tahlil tidak lain hanyalah mengesakan dan mengingat Allah serta
                           taqarub ilallah, yaitu upaya untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.

                           Adapun  budaya  tahlil  mempunyai  pemahaman  bahwa  rangkaian  kalimat  dari
                           bacaan tawasul, bacaan yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits sampai

                           doa yang dibaca sendiri maupun dipimpin oleh seorang imam dan diikuti oleh
                           beberapa  orang,  baik  untuk  hajat  sendiri  maupun  orang  lain.  Semua  itu

                           dimaksudkan  lid  du’a,  yaitu  berdoa  kepada  Allah  dan  mendoakan  diri  sendiri

                           ataupun  orang  lain,  baik  yang  masih  hidup  maupun  yang  sudah  meninggal.
                           Budaya tahlil ini juga mempunyai makna; ukhuwah, syiar, pembelajaran dan





                  64 Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas IX
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85