Page 84 - SKI_Revisi Kls 9
P. 84

Maulid dilakukan dengan membaca Barzanji, Diba’i, atau al-Burdah. Dalam hal

                           ini, Barzanji dan Diba’i adalah karya tulis seni sastra yang isinya bertutur tentang
                           kehidupan  Muhammad  Saw.,  mencakup  silsilah  keturunannya,  masa  kanak-

                           kanak,  remaja,  pemuda,  hingga  diangkat  menjadi  rasul.  Karya  itu  juga
                           mengisahkan  sifat-sifat  mulia  yang  dimiliki  Rasulullah  Saw.,  serta  berbagai

                           peristiwa untuk dijadikan teladan bagi umat manusia. Adapun Al-Burdah adalah
                           kumpulan  syair-syair  pujian  kepada  Rasulullah  Saw.  yang  disusun  oleh  al-

                           Bushiri.


                  c.   Kearifan Lokal di Sunda

                       1)  Upacara Tingkeban
                           Upacara ini diselenggarakan pada saat seorang ibu hamil dan usia kandungannya

                           mencapai 7 bulan. Hal itu dilaksanakan agar bayi yang di dalam kandungan serta
                           ibu yang melahirkan selamat.  Tingkeban berasal dari kata tingkeb yang artinya

                           tutup.  Maksudnya,  si  ibu  yang  sedang  mengandung  tujuh  bulan  tidak  boleh

                           bercampur  dengan  suaminya  sampai  empat  puluh  hari  sesudah  persalinan  dan
                           jangan bekerja terlalu berat. karena bayi yang dikandung sudah besar. Larangan

                           ini dimaksudkan untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.

                       2)  Reuneuh Mundingeun
                           Upacara ini dilaksanakan apabila perempuan mengandung lebih dari 9 bulan atau

                           bahkan  ada  yang  sampai  12  bulan,  tetapi  belum  melahirkan  juga.  Perempuan
                           yang hamil seperti itu disebut Reuneuh Mundingeun, yakni seperti munding atau

                           kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar perempuan yang hamil
                           tua itu segera melahirkan (jangan sampai seperti kerbau) serta agar terhindar dari

                           sesuatu yang membahayakan.

                       3)  Tembuni
                           Tembuni  atau  placenta  dipandang  sebagai  saudara  bayi  sehingga  tidak  boleh

                           dibuang  sembarangan,  yakni  harus  diadakan  upacara  waktu  menguburnya  atau
                           menghanyutkannya  ke  sungai.  Bersamaan  dengan  bayi  dilahirkan,  tembuni

                           (placenta) yang keluar biasanya dirawat, dibersihkan, dan dimasukkan ke pendil

                           dicampuri  bumbu-bumbu  garam,  asam,  dan  gula  merah  lalu  ditutup  memakai
                           kain putih yang telah diberi udara melalui bambu kecil (elekan). Pendil diemban

                           dengan  kain  panjang  dan  dipayungi,  biasanya  oleh  seorang  Paraji  untuk
                           dikuburkan di halaman atau area di sekitar rumah. Ada juga yang dihanyutkan  ke





                  68 Sejarah Kebdayaan Islam MTs Kelas IX
   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89