Page 10 - KATALOG PAMERAN SENI RUPA
P. 10
Keterbukaan memberi ruang anak untuk mengeksplorasi ide-ide baru dengan berbagai peluang pengembangan,
berpindah dari satu perspektif ke perspektif lain, mendeformasi dan mereproduksi karya seni dalam berbagai
imajinasi, bahkan dalam bentuk yang sama sekali tidak lazim menurut bahasa umum, sampai pada “ekstra-diksi”
dari bahasa penyampaian ide yang kadang teramat kompleks. Inilah yang membuat karya seni anak selalu hidup
dan mempunyai keunikan tersendiri yang tidak akan ditemui pada karya seniman umumnya.
Berpikir terbalik atau berbeda, cenderung tanpa batas (divergen) adalah ciri khas dari anak kreatif. Anak yang
terbuka, mampu memunculkan banyak ide dari satu masalah tunggal, karena kreativitas mencakup orisinalitas,
kefasihan mewujudkan ide, dan mengelaborasinya. Semuanya berperan besar dalam membentuk anak berproses
menciptakan karya seni dan menetapkan maksud serta tujuan yang ingin disampaikan, lalu melahirkan karya seni
dengan cara kreatif mereka sendiri.
Seni rupa, dalam sejarah panjangnya, telah mengalami berbagai transformasi, dari yang bersifat representasional,
simbolik, hingga konseptual. Namun, satu hal yang selalu menjadi perdebatan adalah, siapa yang berhak disebut
seniman, dan karya seperti apa yang layak disebut sebagai seni? Dalam ranah pertanyaan inilah muncul konsep
“Art Brut” atau “Outsider Art”, yang dicetus oleh seniman Prancis Jean Dubuffet pada tahun 1945. Ia menggunakan
istilah ini untuk merujuk pada karya-karya seni yang dibuat di luar institusi seni formal, karya seni individu yang
berada di luar sistem sosial budaya mainstream, seperti penderita gangguan jiwa, narapidana, kaum disabilitas,
dan anak-anak. Art Brut mengusung konsep yang menantang batasan formal dan memunculkan ruang apresiasi
bagi ekspresi sederhana, otentik, dan apa adanya.
Salah satu sumber inspirasi utama dalam perkembangan Art Brut adalah seni rupa anak, dimana karya visual yang
muncul lebih banyak dari dunia imajinatif dan spontan tanpa pengaruh normatif dan aturan baku akademik. Banyak
karya seni anak dalam dunia seni rupa kontemporer tanpa menyertakan implikasi etis dan pedagogis, bahkan tanpa
harus dinilai seperti karya seniman dewasan pada umumnya.
Dubuffet percaya bahwa ekspresi visual yang muncul dari kondisi keterasingan sosial tersebut justru lebih jujur dan
otentik daripada seni yang telah “dibentuk” oleh sistem formal. Menurutnya, seni sejati tidak harus mematuhi norma
estetika klasik atau teknis, melainkan harus muncul dari kedalaman emosi dan imajinasi personal. Dubuffet
mengoleksi ribuan karya semacam itu dan mendirikan Collection de l’Art Brut di Lausanne, Swiss yang hingga kini
masih menjadi pusat penting dalam studi tentang seni luar arus (outsider art).
Dalam kerangka Art Brut, karya anak-anak menjadi sangat penting karena dianggap sebagai bentuk ekspresi visual