Page 11 - KATALOG PAMERAN SENI RUPA
P. 11

yang “bebas dari konstruksi dan estetika dewasa”. Anak-anak menciptakan karya tidak untuk dinilai, tidak untuk
         dijadikan  penyampaian  ide  secara  formal,  apalagi  untuk  dijadikan  bahan  pertimbangan  kelayakan.  Mereka
         menciptakan semata-mata karena dorongan untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, atau imajinasi. Seorang
         anak tidak perlu guru saat berkarya, namun penyemangat untuk sampai pada tujuan dan kepuasan akhir, itulah
         kenapa karya anak pada pameran seni rupa kali ini, seniman dewasa hanya membimbing dalam hal teknis, hingga
         bisa mewujudkan mimpi mereka menjadi lebih ekspresif dan bergairah.

         Pada perjalanan proses pengkaryaan, akhirnya kami sebagai pembimbing, banyak belajar dari kejujuran dan
         kebebasan anak itu sendiri. Mereka lebih jujur dan lebih berani “menciptakan” karya seni, yang bagi kami tidak
         terpikir,  tidak  terduga,  dan  mencengangkan.  Kami  sebagai  pembimbing  merasa  ditelanjangi  oleh  kepolosan
         mereka dalam berimajinasi. Sedangkan kami selama ini selalu saja memfilter berbagai ide dengan nilai-nilai dan
         pandangan, kadang terlalu konseptual, namun akhirnya hanya melahirkan karya biasa saja.

         Saya melihat karya anak adalah imajinasi kebebasan tanpa batas, melihat ekspresi asli dan primitif sekaligus. Bagi
         saya, semua karya anak yang dipamerkan adalah bentuk keaslian yang langka, sebagai Art From Other Space
         yang belum terjamah, bergerak liar, penuh energi, memukau dan membuat terperangah. Dari sini saya menyadari,
         saya harus kembali kebelakang untuk merefleksi karya rupa yang jauh meninggalkan realitas logis dalam kerangka
         kekinian. Ternyata semangat itu ada dalam karya anak-anak dibawah langit khatulistiwa.
         Karakteristik karya seni rupa anak-anak dalam pameran “berlayar meraih mimpi” adalah proyeksi “spontanitas”
         yang tidak dibatasi aturan perspektif, proporsi, atau anatomi. Mereka berkarya dengan apa yang mereka lihat,
         pikirkan, bayangkan dan rasakan, bukan bentuk yang dipenjarakan kata-kata “layak dan seharusnya”. Semua
         karya anak adalah “Narasi Personal” yang berisi cerita namun tak selalu bisa dijelaskan secara logika. Itulah yang
         menjadi daya tariknya.

         Berbagai  penggambaran  atau  simbolisme  bergerak  bebas,  mengalir  menuju  tempat  berkumpulnya  ide  dan
         kenyataan, lalu menyatu dalam bentuk ekspresif, naif, surealis, bahkan sampai dalam bentuk kontemporer. Mereka
         menautkan karya dengan jiwa kekinian. Penerapan ini terlihat pada berbagai pencarian dalam proses berkarya dan
         selalu berani bereksperimen.

         Anak-anak sering kali mencampur media secara intuitif, barang bekas, cat, kain, potongan kertas, ban sepeda,
         sampah plastik dan lain sebagainya. Hebatnya mereka masuk dalam ranah Estetika Non-konvensional, dimana
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16