Page 26 - C:\Users\Acer\Music\MODUL FLIPBOOK DIGITAL\
P. 26
kita butuhkan, sementara manusia dan hewan menghasilkan karbon dioksida yang
dibutuhkan tumbuhan untuk berfotosintesis. Laut menjaga sirkulasi iklim global, hutan
menyerap karbon berlebih, dan tanah menyaring air agar tetap layak digunakan. Namun,
keseimbangan ini bisa terganggu jika manusia terlalu serakah dalam mengeksploitasi
sumber daya tanpa memikirkan kelestariannya.
Apakah kita pernah berpikir, mengapa udara bisa tetap segar walaupun miliaran
makhluk hidup bernapas setiap detik? Itu karena hutan dan fitoplankton di laut bekerja
tanpa henti menghasilkan oksigen. Lalu, apa yang terjadi jika hutan ditebang habis dan laut
dipenuhi plastik? Sistem keseimbangan itu akan runtuh. Hasilnya, manusia dan makhluk
hidup lainnya justru akan merasakan dampak buruknya berupa pemanasan global, banjir,
tanah longsor, hingga krisis pangan.
Keseimbangan lingkungan bukan sekadar urusan menjaga “keindahan alam”. Ia adalah
syarat utama keberlangsungan hidup manusia. Tanpa keseimbangan itu, kita bisa
kehilangan sumber air bersih, udara segar, tanah subur, bahkan keamanan pangan. Oleh
karena itu, menjaga lingkungan sesungguhnya sama dengan menjaga kehidupan kita
sendiri. Ironisnya, seringkali manusia baru menyadari pentingnya lingkungan setelah
bencana terjadi.
3. Keterkaitan antara Permasalahan Lokal dengan Dampak Global
Pada titik ini, kita perlu memahami bahwa permasalahan lingkungan tidak bisa
dipandang secara terpisah antara lokal dan global. Apa yang kita lakukan di lingkungan
sekitar akan berkontribusi pada kondisi lingkungan global. Misalnya, kebiasaan membakar
sampah plastik di halaman rumah mungkin terasa sepele. Namun, asap yang dihasilkan
mengandung gas rumah kaca, yang pada akhirnya ikut memperburuk pemanasan global.
Begitu pula, pembalakan liar di satu daerah tidak hanya menghilangkan habitat satwa lokal,
tetapi juga mengurangi kapasitas bumi menyerap karbon, sehingga memicu perubahan
iklim dunia.
Contoh nyata dapat kita lihat dari kasus kebakaran hutan di Indonesia. Kebakaran yang
terjadi di beberapa provinsi bukan hanya menimbulkan kabut asap di tingkat lokal, tetapi
juga menyebar hingga ke negara tetangga. Akibatnya, hubungan antarnegara terganggu,
kesehatan masyarakat lintas batas wilayah terancam, bahkan penerbangan internasional
terganggu. Bukankah ini bukti nyata bahwa permasalahan lokal memiliki dampak global?
Mari kita renungkan juga tentang penggunaan plastik. Ketika kita membuang satu
kantong plastik ke sungai, plastik tersebut bisa terbawa arus hingga ke laut, menyumbat
jalur ekosistem laut, dan akhirnya terbawa ke negara lain melalui arus samudera. Akhirnya,
masalah yang kita anggap “kecil” di tingkat lokal, justru menjadi persoalan global yang sulit
diatasi.
18

