Page 37 - MODUL 1
P. 37
pengamat A berjarak 250 km. (karena1’ = 60”, 30” = 30/60 = 0,5’),
artinya episentral dari stasiun pengamat B berjarak 2.500 km. Episentral
dari stasiun C= 3.000 km.
b) Membuat lingkaran-lingkaran pada peta dengan titik pusat lingkaran
setiap lokasi stasiun pengamat, yaitu A, B dan C. Panjang jari-jari
lingkaran sama dengan jarak episentralnya dan disesuaikan dengan
skala peta. Misalnya skala peta adalah 1:100.000.000, artinya jarak 1 cm
pada peta sebanding dengan 1.000 km di permukaan Bumi. Maka jari-
jari lingkaran A = 2,5 cm B = 25 cm dan C = 30 cm.
c) Titik pertemuan ketiga lingkaran merupakan lokasi episentrum kejadian
gempa tersebut.
3) Metode Homoseista
Homoseista adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat di
permukaan Bumi yang mencatat getaran gempa yang pertama pada waktu
yang sama. Misalnya, seismograf yang terdapat di stasiun D, E, dan F
mencatat getaran gempa pada pukul 20:35.15 WIB. Pada peta ketiga stasiun
tersebut terletak pada satu garis homoseista. Untuk menentukan lokasi
episentrum, buatlah garis DE, dan EF kemudian tariklah sumbu dari kedua
garis tersebut. Pertemuan kedua sumbu garis merupakan lokasi episentrum
Berdasarkan data seismometer, para ahli gempa bumi telah mengembangkan
berbagai ukuran untuk mengukur kekuatan sebuah gempa. Skala yang
terkenal dan banyak digunakan adalah skala yang disusun oleh Charles F.
Richter dan Beno Gutenberg berdasarkan gempa yang terjadi di California
pada 1906. Skala ini kemudian terkenal dengan nama skala richter.
Perhatikan Tabel!