Page 8 - Perjuangan Pondok Pesantren Lirboyo Dalam Peristiwa 10 November 1945 Terbaru
P. 8
Kedua kakak laki-laki, yang pertama bernama Aliman yang kelak
bermukim di Jatipelem, Diwek, Jombang dan kakak kedua bernama
Mu’min yang setelah mengembara, dia tetap tinggal di Jagan, Magelang
bersama adik Manab bernama Armiyah. Adik Manab tersebut di
kemudian hari lebih dikenal dengan Mbok Miyo. Kehidupan keluarga
Abdurrohim sudah cukup bahagia kala itu walaupun hanya seorang
petani sederhana dengan sawah. Beliau sudah merasa tentram dengan
kahadiran Manab dan tiga orang saudaranya. Tetapi, tekanan penjajah
mencekik petani seperti dirinya. Beban berat begitu terasa untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Seperti lazimnya orang tua, beliau
tidak mau melihat anak-anaknya sengsara. Akhirnya, Abdurrohim
mencoba berikhtiar mencari tambahan penghasilan.
Abdurrohim yang hanya petani desa itu tergerak hatinya untuk
berdagang. Pekerjaan itu tidak pernah digelutinya. Dengan modal
seadanya, Ia mencoba berjuang di Pasar Muntilan yang terletak 10 km
arah tenggara Magelang. Pagi buta sebelum fajar menyingsing
Abdurrohim sudah berangkat ke pasar sambil memikul dagangannya.
Dengan hanya berjalan kaki dan penerangan obor, ia telusuri jalan-jalan
yang masih gelap dan sunyi. Terkadang pula harus melewati hutan
untuk mempersingkat perjalanan. Pendeknya sebuah perjalanan yang
sangat berat dan melelahkan (Bahtiar dkk, 2018: 20-21).
Pada siang hari, ketika matahari panas membakar, Abdurrohim
baru pulang. Bukan lantas istirahat, tetapi beliau meraih cangkul untuk
meneruskan pekerjaan sehari-harinya di sawah. Rupanya beliau tidak
mengenal lelah dalam mengemban tugas sebagai kepala keluarga.
Ketekunan dan suka bekerja keras Abdurrohim yang akan diwarisi
anak-anaknya, terutama Manab.