Page 21 - Dokumen-Modul-Novanda ardiansyah (1)
P. 21
Seiring dengan perjalanannya, diskursus anak muda selalu dicoba
dikristalisasi oleh negara, untuk menjadi seperangkat aturan dan
pedoman masyarakat bagaimana seharusnya mendisplinkan anak muda
berperilaku. Produksi diskursus tersebut tentu saja tanpa
mempertimbangkan subtansi, esensi dan aspirasi anak muda. Namun,
bukan berarti tanpa hambatan dan perlawanan dari anak muda. Masa
muda tidakhanya ditentukan oleh usia, tetapi juga merupakan istilah
sosial budaya yang didefinisikan dalam beberapa budaya sebagai fase
kehidupan yang ditandai pada awal dan akhir oleh pengalaman biologis
atau sosial budaya tertentu. Ini dapat berperan dan secara kontekstual
relevan dengan bidangpolitik elektoral di beberapa negara.
Anak muda selalu punya cara kreatif mensiasati dan menyiapkan lawan
tanding diskursus dominan tersebut. Dengan berbagai strategi, mulai
dari memilih gaya hidup yangberlawanan dengan kebudayaan dominan
hingga membangunsebuah gerakan alternatif untuk membuka kaca
mata kuda masyarakat dalam melihat keberagaman sosial, identitas,
kultur, ekonomi dan geografis anak muda.
Di arena politik, generasi muda tunduk pada mitos yangmenyebar dan
terkadang kontradiktif. Mereka sering digambarkan dalam salah
satu/atau istilah – sebagai korbanatau pelaku kekerasan, atau sebagai
apatis atau terlibat – ketika kenyataannya jauh lebih kompleks dan
menentang stereotip tersebut.
Jika ini tidak terkelola, bisa menyebabkankecenderungan di kalangan
pemuda menuju peningkatan partisipasi informal dan penurunan
partisipasi formal. Kaum muda mengekspresikan ketidakpuasan dengan
politik gaya lama dan keterpisahan dari politik formal.
Padahal, keterlibatan luas generasi muda dalam pengambilan keputusan
politik dan implementasi dianggap penting untuk demokrasi yang hidup.
Partisipasi atau keterlibatan politik dapat merujuk pada berbagai
kegiatan, termasuk partisipasi formal seperti pemungutan suara,
bergabung dengan partai politik, atau mencalonkan diri untuk jabatan
publikdan partisipasi informal, seperti menandatangani petisi, dan
membeli atau memboikot produk karena alasan politik. Untuk
melakukan kanalisasi anak muda ke politik formal.
13