Page 112 - E-Modul Interaktif Sejarah Pergerakan Kebangsaan di Indonesia (HP)
P. 112
Rangkuman
Jepang secara resmi menguasai Indonesia melalui perjanjian Kalijati
tanggal 8 Maret 1942.
Tujuan Jepang menguasai Indonesia adalah mengumpulkan minyak dan
karet yang sangat melimpah di Nusantara untuk kebutuhan perang dan
industrinya, serta menghimpun kekuatan bangsa Indonesia sebagai
usaha memenangkan Perang Asia Timur Raya.
Jepang dapat dengan mudah diterima bangsa Indonesia karena adanya
Ramalan Jayabaya yang dipercaya masyarakat Jawa, yaitu tentang
datangnya bangsa bertubuh pendek dan berkulit kuning yang akan
membebaskan Pulau Jawa dari penjajahan. Selain itu, Kepercayaan
masyarakat terhadap Pemerintahan Dai Nippon (Jepang) semakin
meningkat dengan hadirnya semboyan propaganda “3A”, yakni Jepang
Cahaya Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang Pelindung Asia.
Jepang memanfaatkan situasi dengan merangkul tokoh-tokoh pemimpin
Islam dan nasionalis untuk terlibat langsung dalam kegiatannya.
Misalnya, mengangkat mereka menjadi pemimpin organisasi yang
didirikan Jepang, yaitu Gerakan Tiga A dan Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
Meskipun hanya berkuasa selama 3.5 tahun, kependudukan Jepang di
Indonesia dapat dikatakan sangat menyengsarakan rakyat. Pengerahan
Romusha (kerja paksa) secara besar-besaran mengakibatkan kematian
dan perubahan sosial di pedesaan. Desa hanya ditinggali oleh anak-
anak, wanita, dan orang yang cacat, karena tidak jarang pemuda desa
melarikan diri ke perkotaan untuk menghindari Romusha.
Menjelang kekalahannya di Perang Asia Timur Raya, Jepang memberikan
janji akan kemerdekaan Indonesia. Janji tersebut diimplementasikan
dengan pembentukkan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia).
Sekutu mengebom dua kota di Jepang, yakni Hiroshima pada tanggal 6
Agustus 1945 dan Nagasaki pada 9 Agustus 1945, sehingga membuat
Jepang menyerah tanpa syarat pada 15 Agustus 1945.
Golongan muda seperti Sukarni, Wikana, dan Chaerul Saleh yang
mendengar menyerahnya Jepang mendesak Sukarno-Hatta untuk segera
memproklamirkan kemerdekaan. Namun, ditolak. Akibatnya terjadilah
peristiwa penculikan Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok.
Pada akhirnya Teks Proklamasi Indonesia dibacakan di kediaman Sukarno
di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta (sekarang Jalan Proklamasi)
yang menandakan kemerdekaan Indonesia terbebas dari penjajahan,
serta berakhirnya pergerakan nasional.
100