Page 139 - KIAT MELESTARINAN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
P. 139

  Sumber Dari Al Kitab Agama Katolik

                         “Tetapi kepada manusia Ia berfirman :”Sesungguhnya, takut akan Tuhan,
                         itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi.” (Ayub 28 :
                         28)

                         “Jawab orang itu : “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu
                         dan  dengan  segenap  jiwamu  dan  dengan  segenap  kekuatan  dan
                         dengan  segenap  akal  budimu dan  kasihilah  sesamamu  manusia  seperti
                                                              ,
                         dirimu sendiri.” (Lukas 10 : 27)

                        Sumber Dari Kitab Suci Agama Buddha

                         “Tiap orang adalah pemilik dari perbuatannya sendiri,             pewaris, terlahir,
                         bersaudara  dan  terlindung,  oleh  perbuatannya  sendiri.  Apapun  perbuatan
                         yang  dilakukannya,  baik  maupun  buruk,  itulah  yang  diwarisinya.”  (Majjhima
                         Nikya III hal. 202)

                         “Seseorang  seharusnya  tidak  menyalahkan  orang  lain,  atau  menghina
                         siapapun  dengan  alasan  apapun  edan  di  manapun.  Janganlah
                         mengharapkan  orang  lain  celaka,  karena  kemarahan  atau
                         persaingan Bagaikan  seorang  ibu  melindungi  anak  tunggalnya,  bahkan
                                      .
                         dengan  mengorbankan  nyawanya  sendiri,  demikian  pula,  seseorang
                         memupuk cinta kasih tak terbatas          , engkau akan mencapai pencerahan.”
                         (Sutta Nipata 149-150)

                        Sumber Dari Kitab Suci Weda (Agama Hindu)

                         “Dengan  melakukan  brata (disiplin)  seseorang  berhak  di-diksa  (inisiasi  =

                         bayat);    dengan  telah  melakukan  diksa  seseorang  memperoleh  daksina
                         (bukti persembahan sakral) ; dengan daksina seseorang memiliki kemantapan
                         sraddha (keyakinan); dan dengan sraddha seseorang mencapai sathya             (jalan
                         kebenaran, kebenaran, Maha Pencipta).” (Weda-yajur XX.25)

                                                                     ,
                         “Pusatkanlah  pikiranmu  kepada-Ku berbakti  kepada-Ku  bersujud  dan
                         bersyukur kepada-Ku, dan setelah engkau mendisiplinkan jiwamu dengan Aku
                         menjadi tujuan tertinggi, engkau sampai kepada-Ku.” (Weda – gita IX. 34)











                                                                         MARI BELAJAR BERBUAT BAIK  131
   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144