Page 43 - Kumpulan jurnal Amorphophallus kelas A
P. 43
IV. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Adaptasi tanaman terhadap lingkungan baru dengan indikator jenis tanah, kelembapan,
intesitas cahaya, suhu tanah, ph tanah, kelembapan udara, suhu udara dan kondisi sekitar
di area konservasi sangat berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter tumbuhan dan
jumlah daun yang dihasilkan.
2. Pengamatan ini menyoroti pentingnya pemahaman mendalam tentang kebutuhan tumbuhan
dan penanganan yang hati-hati saat memindahkan spesies dari habitat aslinya ke area
konservasi. Dengan pendekatan yang cermat, kibut dan spesies lainnya dapat tetap
berkembang dan memberikan manfaat ekologis yang berkelanjutan di lingkungan baru
mereka.
Saran
Lakukan pemindahan sesuai metode dan selalu check tanaman kibut yang dipindahkan ke area
konservasi karena cenderung membutuhkan perawatan ekstra, terutama dalam hal pengaturan
kelembaban tanah dan perlindungan terhadap hama dan penyakit. Meskipun demikian, pertumbuhan
kibut masih terjadi meskipun dalam tingkat yang berbeda-beda. Beberapa individu kibut mungkin
mengalami pertumbuhan yang lebih lambat atau bahkan stagnan, sementara yang lain dapat
berkembang dengan cepat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami ucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat nikmat kesehatan yang
telah diberikan kami dapat menyelesaikan artikel ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen
pengampu Bhakti Karyadi, Dr., M.Pd. dan Deni Parlindungan S.Pd., M.Pd.Si. serta asisten dosen
yang telah membantu dalam pembuatan artikel dan membantu dalam proses pengumpulan data,
sampai artikel ini terselesaikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, D. H. (2017). Sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan labuhan batu. Jurnal
Pembelajaran Dan Biologi, 3(2), 19–23.
Agronomi, D., Pertanian, F., Pertanian, I., & Bogor, B. (2018). No Title. 6(3), 405–411.
Cahyaningsih, R., Siregar, H.-M., Konservasi, P., Kebun, T., Bogor-Lembaga, R., Pengetahuan,
I. , Jln, I., Juanda, I. H., Telp, B., & Faks, /. (2013). Upaya Memperoleh Bibit Suweg
{Amorphophallus Paeoniifolius (Dennst.) Nicolson} Melalui Stek Umbi Dan Stek Rachis
Yang Dimanipulasi Dengan Zat Pengatur Tumbuh* [Propagation of Suweg
{Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson} Using Tuber and Rachis C. Berita
Biologi, 12(1), 87–95.
Isnaini, Y., & Novitasari, Y. (2020). Regenerasi Tunas Suweg (Amorphophallus paeoniifolius
(Dennst.) Nicolson) pada Berbagai Konsentrasi BAP dan NAA dengan Kondisi Penyimpanan
Terang dan Gelap. Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences, 4(2), 94–105.
https://doi.org/10.25047/agriprima.v4i2.375
Jintan, Yuzammi, Suwastika, I. N., & Pitopang, R. (2015). Studi beberapa aspek botani
Amorpholus paeoniifolius.Nicolson(Araceae) di lembah Palu Botany Amorphallus
paeoniifolius Dents. Nicolson (Araceae) in Palu valley. Jurnal of Natural Science, 4(1), 17–
31.
Muhammad, S., Syah, I. T., & Xyzquolyna, D. (2021). Increasing flour whiteness index on
Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.) Nicolson flour production by sodium metabisulfite.
Anjoro: International Journal of Agriculture and Business, 2(1), 9–18.
https://doi.org/10.31605/anjoro.v2i1.929
Mutaqin, A. Z., Kurniadie, D., Iskandar, J., Nurzaman, M., & Partasasmita, R. (2020).
Ethnobotany of suweg (Amorphophallus paeoniifolius): Folk classification, habitat, and
traditional conservation in cisoka village, majalengka district, cimanuk watershed region,
Indonesia. Biodiversitas, 21(2), 546–555. https://doi.org/10.13057/biodiv/d210216
Rahayuningsih, Y. (2020). Strategi Pengembangan Porang (Amorphophalus Muelleri) Di Provinsi
Banten. Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, 4(2), 77–92.
https://doi.org/10.37950/jkpd.v4i2.106.
39