Page 39 - Kumpulan jurnal Amorphophallus kelas A
P. 39

Pada umumnya kibut diperbanyak dengan umbi, namun perbanyakan dengan umbi memiliki
              keterbatasan, karena sulit menentukan lama dormansi umbi dan siklus tumbuh yang lambat (Jansen
              et al., 1996) dalam (Cahyaningsih et al., 2013). Pengamatan pertumbuhan Kibut (Amorphophallus
              paeoniifolius)  pasca dipindahkan  dari habitat  asli  ke area konservasi  melibatkan beberapa  aspek
              penting. Pertama, adaptasi tanaman terhadap lingkungan baru, termasuk jenis tanah, kelembapan,
              insitas cahaya, suhu tanah, ph tanah, kelembapan udara, suhu  udara dan  kondisi sekitar di area
              konservasi. Pada aspek ini diamati apakah tanaman beradaptasi dengan baik atau mengalami stres
              akibat perubahan lingkungan. Kedua, memperhatikan pertumbuhan fisik tanaman, termasuk tinggi
              tanaman, ukuran daun, banyak daun dan diameter batang. Ketiga, mengamati interaksi tanaman
              Kibut dengan organisme lain di area konservasi. Keempat, pantau perkembangan populasi tanaman
              Kibut dalam jangka waktu tertentu. Apakah populasi tanaman ini bertambah atau berkurang setelah
              dipindahkan ke area konservasi.

                     Oleh  karena  itu,  diperlukan  suatu  penelitian  yang  bertujuan  untuk  mengetahui  dan
              menganalisis pertumbuhan tanaman Amorphophallus paeoniifolius pasca dipindahkan dari habitat
              asli ke area konservasi sebagai upaya perbanyakan tanaman kibut agar tanaman ini tidak mengalami
              kepunahan dan dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh
              metode  perbanyakan  kibut  yang  efektif  dan  efisien,  serta  diperolehnya  bibit-bibit  kibut  hasil
              perbanyakan untuk kepentingan yang berkelanjutan.


               II. METODE PENELITIAN

                  Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pertumbuhan flora endemik provinsi Bengkulu yaitu
               tumbuhan Amorphophallus Paeoniifolius yang biasa kita kenal dengan tanaman kibut. Terdapat
               7 jenis  tanaman  Amorphophalus  yang  terkenal  di  indonesia,  yaitu  Amorphophallus  titanium,
               Amorphophallus      gigas,   Amorphophallus      beccari,   Amorphophallus      campanulatus,
               Amorphophallus oncophyllus, Amorphophallus decussilvae, Amorphophallus Paeoniifolius. Dari ke
               tujuh jenis tersebut terdapat 3 jenis yang banyak ditemui pada wilayah provinsi Bengkulu yaitu
               Amorphophallus  titanium,  Amorphophallus  gigas,  Amorphophallus  Paeoniifolius.  pada  area

               konservasi Universitas Bengkulu terdapat dua jenis yaitu Amorphophallus gigas, Amorphophallus
               Paeoniifolius.

                 Metode yang digunakan yaitu teknik observasi untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup
              tanaman  hasil  eksplorasi  dan  studi  literatur  untuk  mempelajari  faktor-faktor  apa  saja  yang
              mempengaruhi  pertumbuhan  kibut.  Alat  yang  digunakan  dalam  proses  monitoring  yaitu  alat
              pengukur  intensitas  cahaya  matahari  (luxmeter),  pengukur  keasaman  media  (pH  meter  tanah),
              pengukur kelembaban tanah, pengukur meteran, jangka sorong, pengukur suhu udara (hygrometer),
              label, dan alat tulis.parameter yang diamati adalah tingkat pertumbuhan tanaman dan factor-faktor
              lingkungan yang mempengaruhinya meliputi suhu, intensitas cahaya, dan kelembaban udara.

                  Amorphophallus  paeoniifolius  didapatkan  dari  daerah  pesisir  kota  Bengkulu  lalu  dilakukan
              pemindahan  habitat  dari  tempat  aslinya  ke  area  konservasi  Universitas  Bengkulu.  Untuk
              pengamatan pertumbuhan kibut (Amorphophallus paeoniifolius) pasca dipindahkan dari habitat asli
              ke  area konservasi  melibatkan  beberapa  langkah  penting  yaitu:  1)  Identifikasi  dan  Pemindahan
              Tanaman  meliputi  identifikasi  tanaman  kibut  yang  akan  dipindahkan  dari  habitat  asli,  memilih
              tanaman yang sehat dan sesuai untuk pemindahan, dilakukan pemindahan dengan hati-hati untuk
              menghindari  kerusakan  pada  akar  dan  bagian  tanaman  lainnya.  2)  Pemantauan  Awal  meliputi
              pencatatan  kondisi  tanaman  sebelum  dipindahkan,  termasuk  tinggi  tanaman,  jumlah  daun,  dan
              keadaan akar selanjutnya pencatatan lokasi asal tanaman di habitat asli, termasuk faktor lingkungan
              seperti cahaya, suhu, dan kelembaban. 3) Penanaman di Area Konservasi meliputi pemilihan lokasi
              yang sesuai di area konservasi yang mirip dengan habitat aslinya, penanaman tanaman kibut dengan
              memperhatikan  kedalaman  tanah,  pencahayaan,  dan  drainase  yang  baik.  4) Pemantauan  Rutin
              meliputi pemantauan rutin terhadap tanaman kibut yang baru dipindahkan, termasuk pertumbuhan
              tinggi, jumlah daun, dan perkembangan akar, pencatatan perubahan lingkungan di area konservasi,
              seperti intensitas Cahaya, suhu, Ph tanah, suhu tanah, kelembapan tanah.


                                                             35
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43