Page 38 - Kumpulan jurnal Amorphophallus kelas A
P. 38

Amorphophallus  termasuk  dalam  famili  Araceae  dengan  lebih  dari  180  spesies  dan
              sebarannya didominasi di Asia dan Afrika (Agronomi et al., 2018). Salah satu spesies dalam genus
              Amorphophallus adalah Amorphophallus paeoniifolius. Amorphophallus paeoniifolius yang dikenal
              dengan nama kibut didaerah Bengkulu, merupakan salah satu spesies dari famili Araceae (talas) yang
              umbinya dapat dikembangkan sebagai bahan pangan karena mempunyai nilai gizi yang cukup baik.
              Umbi kibut telah digunakan sebagai makanan pokok untuk berbagai keperluan di berbagai daerah
              selama beberapa generasi (Santosa & Sugiyama, 2016) dalam (Isnaini & Novitasari, 2020). Umbi
              suweg ini secara turun temurun telah digunakan sebagai makanan pokok di berbagai daerah dengan
              cara pemanfaatan  yang  berbeda.  Sebelumnya,  suweg hanya  dilaporkan sebagai  sumber  pati  dan
              protein seperti kebanyakan kerabat talas-talasan lainnya (Isnaini & Novitasari, 2020).


                     Amorphophallus  dapat  tumbuh  dengan  baik  pada  tanah  bertekstur  ringan  yaitu  tanah
              berpasir, bertekstur gembur, dan kaya unsur hara. Selain itu juga memiliki drainase yang baik,
              kandungan humus yang tinggi  dan pH tanah 6-7,5.  Petiolus  atau Amorphophallus  batang semu
              berbentuk  bulat,  berwarna  hijau  muda  sampai  hijau  tua  dengan  bintik-bintik  putih,  permukaan
              berbintik-bintik. Tangkai daun terbagi menjadi tiga batang sekunder. Tinggi tanaman ini mencapai
              60,3-115 cm. Batang Amorphophallus sebenarnya terdapat pada bagian pangkal atau umbi yang
              merupakan  bentukan  batang  atau  disebut  batang  umbi  (tuber  caulogenum),  umbinya  berwarna
              kuning  kecoklatan.  Batangnya  mempunyai  bintik-bintik  atau  bracts  berwarna  coklat  kehijauan
              dengan bintik-bintik putih yang melindungi tanaman tersebut ketika masih muda atau dalam tunas.
              Arah  pertumbuhan  batang  tegak  lurus  (Erectus).  Daun  Amorphophallus  berwarna  hijau  muda
              sampai hijau tua, permukaan daun licin (laevis) dan daun mempunyai sayap (area). Bentuk daun
              elips atau memanjang, ujung  menyempit  (tajam) (Jintan et  al.,  2015). Tanaman porang dikenal
              sebagai tanaman perdu atau dikenal juga dengan nama iles-iles, dengan tinggi mencapai 1-1,5 m.
              Batangnya  tegak,  lunak,  halus,  dengan  garis-garis  hijau  atau  bintik-bintik  putih.  Satu  batang
              bercabang menjadi tiga batang sekunder dan bercabang kembali bersamaan dengan daun (Adam,
              2017).

                     Hasil penelitian (Richana & Sunarti, 2004) menunjukkan bahwa kibut mempunyai potensi
              untuk  dikembangkan  sebagai  produk  tepung  umbi  dan  pati.  Selain  itu,  kibut  juga  berpotensi
              mencegah  beberapa  penyakit  degeneratif,  termasuk  penyakit  arteri  koroner,  melalui  mekanisme
              penurunan  kolesterol  darah.  Hal  ini  terkait  dengan  kandungan  seratnya  yang  tinggi  dan
              kemampuannya mengikat kolesterol, serupa dengan oat instan (Faridah, 2005). Selain itu, umbi
              kibut juga berpotensi sebagai pangan fungsional karena memiliki indeks glikemik di bawah 55 dan
              mampu mencegah kenaikan gula darah sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes (Faridah,
              2005; Laksmitawati et al., 2019; Lianah et al., 2018; Nurdyansyah et al., 2019; Singh & Wadhwa,
              2014).


                     Sebagai tanaman yang belum dikembangkan secara komersial, kibut belum banyak diteliti
              dari aspek budidayanya, sehingga perlu diteliti lebih lanjut mengenai metode perbanyakan yang
              lebih efektif dan efisien. Pusat Konservasi Pendidikan Sains Universitas Bengkulu mempelajari dan
              melestarikan  beberapa  jenis  bunga  bangkai  ini  yang  berasal  dari  daerah  Bengkulu.  Cara
              perbanyakan ini diharapkan dapat mengatasi faktor-faktor penghambat reproduksi (dormansi dan
              lambatnya  siklus  hidup)  untuk  memenuhi  kebutuhan  benih  di  masa  depan,  namun  benih  yang
              dihasilkan  masih  sangat  terbatas.  (Cahyaningsih  et  al.,  2013).  Oleh  karena  itu,  perlu  adanya
              penelitian yang bertujuan untuk membudidayakan kibut, membawanya dari habitat aslinya di bawah
              perlindungan  konservasi  UNIB.  Budidaya  ini  diharapkan  dapat  dijadikan  sumber  kajian  dan
              konservasi tanaman endemik khas Bengkulu.
                     Setiap  jenis  tumbuhan  mempunyai  ciri-ciri  tertentu  yang  membedakannya  dengan  jenis
              lainnya. Khususnya yang terlihat pada ciri morfologinya. Selain itu, terdapat keanekaragaman atau
              variasi individu dalam satu spesies tumbuhan. Misalnya Sulistiyo dkk. (2015) mengemukakan bahwa
              terdapat  variasi  genetik  pada  tanaman  porang  yang  berkerabat  A  (Amorphophallus  muelleri  B).
              Tanaman yang berkerabat dengan A. paeonifolius, yang mungkin disebabkan oleh adaptasi terhadap
              lingkungan tumbuh (Mutaqin et al., 2020).




                                                             34
   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43