Page 7 - Kumpulan jurnal Amorphophallus kelas A
P. 7
Umbi suweg (Amorphophallus paeoniifolius) adalah anggota famili Araceae yang belum banyak
dimanfaatkan. Umbi suweg memiliki kandungan lemak yang rendah sehingga cocok untuk terapi
diet (Basu et al., 2014). Umbi suweg memiliki komposisi berasal dari berbagai sumber berupa lemak,
glukomanan, protein, karbohidrat, HCN dan asam oksalat (Yuzammi and Handayani, 2019).
Glukomanan merupakan polisakarida dari famili mannan yang banyak terdapat pada tanaman umbi-
umbian (An et al., 2010). Kandungan glukomanan yang dimiliki suweg terdapat aktivitas biologis
sebagai terapi antiobesitas (Suweg et al., 2022).
Secara alami Amorphophallus tersebar di hutan hujan Sumatera sebagai tumbuhan bawah kanopi
(undergrowth) pada tanah berkapur, namun tumbuhan ini ditemukan juga di tempat terbuka, hutan
sekunder, pinggir jalan, pinggir sungai, atau di tepi hutan. Amorphophallus memiliki tiga siklus
hidup yang jelas, yaitu: tahap vegetatif, dorman, dan generatif. Siklus vegetatif terutama untuk
pertumbuhan umbi yang dapat mencapai bobot hingga 50 kg. Siklus ini dimulai pada awal musim
hujan dengan dihasilkannya satu daun tunggal yang besar, dan berlangsung selama 6-12 bulan,
dilanjutkan siklus dorman selama 1-4 tahun sebelum memasuki siklus pembungaan. Siklus
pembungaan umumnya tidak teratur. (Palimbong et al., 2023).
Kelestarian bunga bangkai juga menjamin kelestarian hutan yang menjadi habitatnya dan
kelestarian makhluk hidup lainnya. Dari sisi ilmu pengetahuan, bunga bangkai juga sangat menarik,
karena itu kemunculan perbungaannya (fase generatif) tidak pernah bersamaan dengan kemunculan
daun (fase vegetatif). Apabila kondisi memungkinkan, fase vegetatif akan disusul dengan fase
generatif yakni munculnya bunga majemuk yang menggantikan batang dan daun yang layu tadi.
Kedua fase ini kan terjadi berulang dan terus menerus. Saat bunga bangkai mengalami fase generatif
(mekarnya bunga), bunga tertinggi ini mengeluarkan bau menyengat seperti bau bangkai. Bau busuk
ini berfungsi sebagai pemikat bagi lalat dan kumbang yang mana serangga-serangga tersebut akan
berkontribusi dalam proses penyerbukan. Apabila selama masa mekarnya terjadi pembuahan, maka
akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan biji pada bagian bekas pangkal bunga dan bunga
bangkai kemudian kembali memasuki fase vegetatif. (Jintan et al., 2015).
Bunga bangkai Ammorphophallus gigas diketahui mengalami dua fase, yaitu fase vegetatif atau
berdaun yang ditandai dengan adanya batang dan daun serta berlangsung sampai dengan dua tahun,
dan fase generatif atau berbunga yang berlangsung selama 7-10 hari. Ammorphophallus gigas
merupakan bunga majemuk tertinggi di dunia yang dapat mencapai lebih dari 4 meter, namun
memiliki kuntum kecil.Selama fase vegetatif itulah muncul batang tunggal dan daun mirip pohon
pepaya yang tumbuh. Jika fase vegetatif itu selesai, maka pohon dan daun akan membusuk, lalu
tumbuh bunga bangkai dari umbi yang terkubur di dalam tanah.
Bunga Bangkai Ammorphophallus memiliki ciri khas yang berbeda dengan kebanyakan jenis
bunga lain karena memancarkan aroma busuk seperti bau bangkai. Sangat berbeda dengan
kebanyakan jenis bunga lain yang berbau harum. Soal ukuran, Bunga Bangkai memiliki postur besar
dan merupakan bunga tertinggi di dunia. Amorphophalus gigas termasuk dalam empat puspa langka
Bengkulu pemecah rekor dunia yaitu sebagai bunga majemuk tertinggi di dunia, setelah Rafflesia
arnoldii sebagai bunga tunggal terbesar di dunia, Amorphophalus titanum sebagai bunga majemuk
terbesar di dunia dan Gramatophyllum specium jenis anggrek hutan sebagai bunga
terpanjang di dunia. (Firman et al., 2016).
3