Page 33 - Buku Panduan Daurah Romadhon 1442 H - MIKH
P. 33
Buku Panduan Daurah Ramadhan
06. Syarat dan rukun i’tikaf
Untuk sahnya i'tikaf disyaratkan hal-hal sebagai berikut :
A. Islam. I'tikaf tidak sah jika dilakukan oleh orang kafir.
B. Berakal sehat atau tamyiz. I'tikaf tidak sah jika dilakukan oleh orang gila dan
sejenisnya. I'tikaf juga tidak sah jika dilakukan oleh anak kecil yang belum
mumayyiz.
C. Bertempat di masjid. I'tikaf tidak sah jika dilakukan di rumah. Kecuali menurut
mazhab Hanafi yang membolehkan wanita beri'tikaf di mushala rumahnya.
Dalam kondisi pandemi seperti sekarang, di zona merah insya Allah bisa i'tikaf
di mushala rumah sebagaimana penjelasan di atas.
D. Suci dari hadats besar. I'tikaf tidak sah jika dilakukan oleh orang yang sedang
junub, haid atau nifas. Bahkan mereka dilarang berada di dalam masjid.
E. Izin suami bagi istri. Menurut mazhab Hanafi, Syafii dan Hambali, seorang istri
tidak sah beri'tikaf tanpa izin dari suaminya.
Rukun i'tikaf hanya ada dua. Yakni niat itikaf dan tinggal (berdiam diri) di
masjid. Jika tidak berniat beri'tikaf, maka meskipun ia berada di masjid,
keberadaannya bukanlah i'tikaf. Demikian pula sebaliknya. Seseorang yang
berniat beri'tikaf tapi ia tidak berada di masjid, maka itu bukan i'tikaf.
Ibnu Jazi Al Maliki mengatakan, seseorang yang sedang beri'tikaf harus
menyibukkan diri dengan ibadah sebisa mungkin, siang dan malam. Berupa
sholat, dzikir, tilawah dan ibadah-ibadah lainnya.
“Berbuatlah baik sekecil apapun, karena bisa jadi ia dapat menolongmu kelak di akhirat” 32