Page 68 - TAFSIR_INDONESIA_MAPK_KELAS X_KSKK_compressed_Neat
P. 68
Mari memahami kandungan ayatnya, ananda dapat mengembangkannya dengan
mengambil informasi lain dari berbagai sumber rujukan yang sesuai.
Permulaan ayat-ayat al-Qur’an diturunkan ialah surah al-‘Alaq ayat 1 sampai dengan 5.
Diceritakan bahwa Rasulullah Saw. suka menyendiri (tahannus) di Gua Hira. Kesendirian
beliau diisi dengan melakukan ibadah selama beberapa malam, sedangkan bekal makan beliau
disiapkan oleh istrinya, Siti Khadijah. Sesuai dengan kata diawal ayatnya, “Iqra’”; di mana beliau
dimintakan oleh Malaikat Jibril untuk membaca saat beliau didatangi pertama kali olehnya.
Kata ini adalah kata perintah “Amr” yang mengindikasikan adanya kewajiban setiap hamba- Nya
untuk membaca. Membaca merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh seseorang dalam
belajar. Membaca dikembangkan dalam proses pengetahuan dengan menalar, mengkaji,
menganalisa, memikirkan, memaknai hingga menciptakan, dan tentu seluruhnya merupakan
langkah praktis dalam proses belajar mengajar.
Perintah membaca dalam konteks ayat ini, bersamaan dengan menyebut Nama Allah swt.
Artinya hendaknya upaya dalam menuntut ilmu disertai jiwa yang murni / ikhlas hanya karena
mencari ridha Allah Swt. Karena Dia yang telah menciptakan manusia dan ilmu pengetahuan
melalui pendayagunaan potensi akal sebagai sarana lahirnya hasil karya mereka.
Adapun pada ayat kedua, Tafsir Jalalain memaknai lafaz ‘alaqah dengan darah yang
kental. Terdapat pesan moral yang dikehendaki Allah Swt. dari firman-Nya ini, yakni peringatan
yang menggugah manusia untuk memikirkan asal mula penciptaannya. Dengan nikmat akalnya,
manusia harus merenungi dan mengambil pelajaran atas Kuasa-Nya yang telah menjadikan
mereka dari air menjadi darah, kemudian daging yang bertulang hingga sosok manusia yang
sempurna bentuknya dibanding makhluk lainnya.
Tidak hanya itu, dengan kemurahan-Nya pula, Allah Swt. telah mengajarkan yang tidak
diketahui oleh manusia untuk mengetahuinya dengan pemberian nikmat ilmu kepada mereka.
Dengan ilmu, manusia berbeda dengan malaikat dan ciptaan lainnya. Ibnu Katsir menyatakan
bahwa ilmu itu berada di hati, lisan (ucapan), dan tulisan tangan.
Sedangkan ilmu dalam tulisan merupakan cakupan dari ilmu yang di hati dan lisan. Untuk
itu, perintah membaca atau menuntut ilmu diakhiri dengan mengikatnya dalam tulisan yaitu
karya tulis yang dapat dibaca oleh orang banyak, sehingga menjadi sarana penyampai
pengetahuan dari apa yang orang lain tidak tahu.
48 TAFSIR MA KELAS X