Page 72 - TAFSIR_INDONESIA_MAPK_KELAS X_KSKK_compressed_Neat
P. 72
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
"Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
Pada ayat ini, Al-Quran menyematkan gelar Ulul Albāb kepada orang-orang yang mampu
memadukan antara kematangan zikir dan pikir, seimbang antara kekuatan ibadah dan kedalaman
pengetahuannya.
Pembuktian aspek tauhid pada ayat 190, melalui ragam fenomena alam dan penciptaan
langit dan bumi. Langit memiliki matahari, bulan, miliaran gugusan bintang dan benda-benda luar
angkasa lainnya. Demikian pula bumi, yang menjadi satu-satunya tempat berdiam berbagai
bentuk makhluk dengan segala fungsi dan kebutuhannya. Selanjutnya, perputaran benda-benda
luar angkasa itu mengubah waktu bagi makhluk bumi yakni adanya waktu siang dan malam
secara bergantian. Ini adalah hukum-hukum Allah Swt. sebagai Sang Pencipta sekaligus Pengatur
dan Perekayasa yang harus disikapi dengan jiwa dan akal yang sehat untuk mengetahui
hikmahnya.
Selanjutnya, Allah Swt. mendahulukan zikir daripada pikir dalam konsep Ulul Albāb.
Dengan berzikir, orang akan tenang, dengan ketenangan melahirkan kekhusyuan dalam berpikir
(konsentrasi). Konsentrasi mustahil akan ada jika kondisi hati dalam keadaan gelisah, cemas dan
bingung.
Zikir yang dimaksud dapat dilakukan dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring. Ketiga
posisi inilah seseorang dapat bertahan lama dan tidak ada posisi selain ketiganya. Artinya,
seorang yang beriman tidak akan pernah putus zikirnya meskipun hanya dengan mengingat Allah
tanpa diucapkan langsung. Menurut Ibnu Abbas, posisi tersebut adalah posisi mengerjakan salat
sesuai kemampuan.
Adapun konteks pikir (akal) pada ayat ini diterangkan setelah zikir. Upaya mencari ilmu
mestinya menyertai kekuatan zikirnya, karena mencari ilmu juga termasuk berzikir. Sumber
keilmuan hakikatnya melekat pada ciptaan Allah Swt. dan akhir dari perjalanannya ialah
ketundukan kepada-Nya yang berada dibalik semua ciptaan itu. Pengakuan yang suci dari
seorang hamba akan kesempurnaan Kuasa-Nya dengan menciptakan ragam manfaat dari
makhluk-Nya itu dan tidak ada yang sia-sia. Hal ini menandakan setinggi apapun seseorang
mengelola potensi pikirnya, harus berakhir dengan ketundukan jiwa kepada Allah Swt. bukan
sebaliknya.
52 TAFSIR MA KELAS X