Page 20 - MONITORING ISU 18-25 Feb 2022
P. 20

Isu 1




                                                                                     Ganti Rugi Proyek KCJB



                                                                                     Tidak Tepat Sasaran













             Kronologis 1










              Dalam proses pembangunan tiang beton jalur layang Kereta Cepat

              Jakarta Bandung (KCJB), terdapat sengketa lahan antara SDN Jakasetia


              III dengan Muhammad Sukroni. Mengantongi akta jual beli lahan tiang


              pancang tertanggal 31 Desember 1997 dengan Hadi Hamidjaja, Sukroni

              menggugat kepemilikan lahan seluas 2.401 meter persegi yg kini berdiri


              bangunan sekolah. Adapun pihak sekolah mengklaim bahwa lahan tsb


              merupakan aset Pemerintah Kab Bekasi yang diserahkan kepada

              Pemkot Bekasi selepas pemekaran tahun 1996. Dari 2.401 meter


              persegi, 584 meter persegi digunakan untuk tiang pancang jalur KCJB.





              Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bekasi mengabulkan gugatan Sukroni


              dan menetapkannya sebagai pemilik sah tanah tsb. Pada tahap banding

              di Pengadilan Tinggi Bandung, terdapat putusan tambahan yakni hakim


              memerintahkan semua pihak melaksanakan isi perjanjian perdamaian


              antara penggugat (Sukroni) dan para tergugat (Pemkot Bekasi).

              Perdamaian pun terjadi pada 7 Oktober 2018 di mana ganti rugi lahan


              dari PT KCIC menjadi milik Sukroni. Hal ini dipandang aneh oleh pejabat

              pada DJKN Kementerian Keuangan sebab sengketa pengadilan masih


              banding tapi pemerintah malah menawarkan perdamaian.





              Berdasarkan surat ganti rugi yg terbitkan oleh Kepala BPN selaku Ketua


              Pelaksana Pengadaan Tanah, Pengadilan Negeri Bekasi pun mencairkan


              seluruh uang yg dititipkan PT KCIC (8,27 M) kepada Sukroni. Surat ganti

              rugi tsb juga merupakan atas permintaan Wali Kota Bekasi Rahmat


              Effendi. Dari segi nominal, jika memang pemilik sah, Sukroni seharusnya


              hanya menerima Rp6,83 M, sedangkan sisa Rp1,44 M menjadi hak SDN

              Jakasetia III  sebagai pihak yg membangun sekolah.





              Proses ini tak pelak menimbulkan kegaduhan dan berdampak pada


              pencopotan Kepala BPN Kota Bekasi dan pemindahan Ketua Pengadilan


              Negeri Bekasi, sebab uang ganti rugi diduga tak sepenuhnya masuk ke

              rekening Sukroni. Terdapat aliran uang kepada sejumlah orang yang


              mengurus perdamaian perkara tsb.





              Kini, proses serah terima kelas yg dibangun PT KCIC sebagai ganti rugi


              bagi pihak sekolah terhambat akibat serah terima seluruh uang ganti

              rugi ke Sukroni tsb. Uang kompensasi bangunan seharusnya diserahkan


              kepada pengelola sekolah. PT KCIC pun meminta kejelasan soal biaya


              kompensasi bangunan kepada Pemkot Bekasi yg memanggil Sukroni

              pada 5 Nov 2021 untuk mengembalikan uang ganti rugi sebesar Rp1,44


              M. Namun, hingga 2022, cicilan pengembalian uang ganti rugi tak


              kunjung ada.
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25