Page 9 - E-Modul Bet-Hedging and Epigenetic Inheritance in Bacterial Cell Development
P. 9
Bacillus subtilis menunjukkan adanya efek penuaan yang signifikan selama
pertumbuhan vegetatif. Uji statistik dilakukan untuk mengetahui bias terkait
usia pada sub populasi sel yang melakukan sporulasi sehingga diketahui rata-
rata sel yang bersporulasi tidak secara signifikan lebih tua atau lebih muda
daripada pembentuk non-spora. Usia tiang sel yang awalnya berkomitmen
untuk pertumbuhan diauxic juga dianalisis, dengan tidak ditemukannya bias
yang signifikan pada usia tiang. Secara keseluruhan, data ini menunjukkan
bahwa usia sel bukanlah faktor yang menentukan fate dari Bacillus subtilis
(Veening et al., 2008).
Sejarah Silsilah Sel Mempengaruhi Fate Sel
Substansial antar sel memiliki perbedaan waktu aktivasi regulator transkripsi
sporulasi utama, dan Spo0A. Spo0A bertanggung jawab atas inisiasi sporulasi,
tetapi untuk menjadi aktif Spo0A perlu di fosforilasi. Hal ini, dicapai melalui
phosphorelay kompleks yang melibatkan banyak fosfotransferase dan
fosfatase di mana sinyal lingkungan bekerja. Sel berdiferensiasi menjadi
spora, sehingga semua sel di dalam mikro koloni akan mengekspresikan GFP
ke tingkat tertentu. Sel lisis menunjukkan berbagai tingkat induksi GFP, sel
lisis muncul baik pada jalur sporulasi dan pertumbuhan diauxic (Veening et al.,
2008).
sinyal untuk mengaktifkan Spo0A disebarkan dari nenek moyang yang sama.
Hal ini disebabkan oleh fate sel tersebut, tidak disebabkan oleh mutasi
genetik, keadaan sel yang diwarisi dari nenek moyang harus bersifat
epigenetik. Analisis rekonstruksi kekikiran menggunakan aktual pembentukan
spora sebagai fenotipe juga menunjukkan pengelompokan dalam pohon
silsilah dan seringkali dapat ditelusuri kembali lebih dari dua pembelahan sel
dalam silsilah mikrokoloni (Veening et al., 2008).
5