Page 6 - KOTA DEKAT LAUT BY LIL_S
P. 6
? Bukankah ‘lail’ berarti malam ? Tetapi, aku menyukai nama itu.
Malam, berarti indah juga. Ketika, langit mulai kehilangan terangnya.
Jutaan gemintang, berada di sisi malam. Untuk menemani senyapnya.
Untuk menemani pekat malamnya. Juga, menyetarakan indahnya
dengan pijar sinar rembulan. Tak apa, namaku cantik juga. Malam,
bukan berarti kesepian. Pikirku. Aku melayangkan pandanganku ke
arah temanku.
“Hmm..., ada apa. Mira ?” tanyaku.
“Tak apa. Ayo kita lanjutka petualangan seru ini. Sepedaku
masih kuat mengayuh, untuk tiba di ujung pantai itu,” serunya.
Dengan binar indah pada kedua matanya.
“Argh..., baiklah. Aku akan mengalahkanmu. Lihat saja,”
balasku mengayuh sepeda dengan sekuat tenaga.
Hari itu. Kabut tebal masih menyelimuti semesta. Embun yang
terlihat. Masih tertutup rapat oleh pekatnya langit. Kegelapan masih
melanda semesta. Gemintang di atas sana, masih terlihat
memancarkan cahayanya. Tak ada bising. Hanya senyap. Hening, pun
sepi. Samar- samar, cahaya mentari mulai kentara. Namun, masih
belum jelas. Sebab, ada gerombolan awan putih tebal. Yang
menghalangi cahaya masuk menerjang bumi.
Aku menyeka keringat yang tetiba sudah lebih dulu hadir.
Mengerayapi tubuh mungilku. Sementara, Mira serta Farah. Belum
berkeringat. Langkah kaki kami menapaki pesisir pantai. Yang berada
di sebuah kota kecil ini. Pantai yang kami singgahi ini,
menawarkan keindahan yang sangat sempurna. Meskipun, letaknya
4