Page 76 - KOTA DEKAT LAUT BY LIL_S
P. 76
Membaca pesan dari Esok. Membuat hatiku sedikit terenyuh.
Rupanya, Esok. Benar-benar mencariku saat itu. Semesta tidak
merestui pertemuan kita lagi. Di lingkungan masjid. Sedang ada
pengecekan dokumen negara. Sehingga, membuat kami. Yang tidak
memiliki dokumen itu, harus dideportasi. Pun, memilih meninggalkan
tempat itu, termasuk aku.
Banyak warga sekitar masjid yang pergi meninggalkan tempat
itu. Sehingga kota itu, menjadi sangat sepi. Persis apa yang diutarakan
oleh Esok. Kota mati. Tak lagi terdengar jeritan anak-anak kecil
yang melengking di sekitaran masjid. Juga, suara tawa yang terbahak-
bahak sangking bahagianya. Gemuruh, suara derap langkah kaki,
anak-anak kecil yang berkeliaran, bahkan berlarian di masjid. Hening
seketika. Suara-suara itu lenyap, bagai ditelan bumi. Semuanya
hilang, lenyap. Tak meninggalkan jejak apa pun.
Padahal saat itu. Aku selalu menunggunya. Selalu menanti
kabar, bahkan kedatangannya. Tetapi, lagi-lagi memang takdir
berkata lain. Kita memiliki jalan hidup masing-masing. Ditambah,
tempat tinggal kita yang saling berjauhan. Menjadikan hubungan
kita, begitu terasa sangat jauh.
Esok meninggalkan obrolan itu. Ia tidak lagi aktif sekarang.
Percakapan panjang itu, menjadi percakapan kita yang terakhir.
Malam kian larut. Aku pun menyeka, kedua mataku yang memerah.
Sembari bergeming di dalam hati, “ Esok, aku mohon. Maafkan aku,
aku benar- benar meminta maaf padamu,”
Tahun demi tahun pun berlalu. Musim kemarau yang tak lagi
singgah. Tergantikan, oleh musim hujan yang sangat dingin. Begitu
70