Page 5 - RPP Stunting by Triyanta HK Dairiyawan, SE,MSi
P. 5

Sesuai  dengan  Keputusan  Bupati  Padang  Lawas  Nomor  263/126/KPTS/2022  tentang

                    Pembentukan  Tim  Percepatan  Stunting  di  Lingkungan  Pemerintah  Kabupaten  Padang
                    Lawas  Tahun  Anggaran  2022,  kedudukan  Kepala  Badan  Perencanaan  Pembangunan

                    Daerah dalam Keputusan Bupati tersebut adalah sebagai Wakil Ketua Pelaksana, dimana
                    dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2027 Tentang Percepatan

                    Penurunan  Stunting  pada  Pasal  10  ayat  (3)  “Dalam  rangka  pelaksanaan  program  dan

                    kegiatan  Percepatan  Penurunan  Stunting  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (21,
                    kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, Pemerintah Daerah kabupatenf kota,

                    dan  Pemerintah  Desa  melakukan:  a.  penguatan  perencanaan  dan  penganggaran;  b.
                    peningkatan  kualitas  pelaksanaan;  c.  peningkatan  kualitas  Pemantauan,  Evaluasi,  dan

                    pelaporan; dan d. peningkatan kapasitas sumber daya manusia”.

                    Berpedoman pada Peraturan Bupati Padang Lawas 43 Tahun  2021 Tentang Kedudukan
                    Dan Susunan Organisasi, Tugas Pokok Dan Fungsi Serta Tata Kerja Perangkat Daerah

                    Kabupaten Padang Lawas pada Pasal 538, berbunyi “Badan Perencanaan Pembangunan
                    Daerah  merupakan  unsur  pelaksana  fungsi  penunjang  perencanaan,  penelitian  dan

                    pengembangan  dipimpin  oleh  Kepala  Badan  yang  berkedudukan  di  bawah  dan
                    bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah”.

                    Asumsi mendasar dalam pembangunan dewasa ini adalah keterlibatan masyarakat dalam

                    proses pembangunan. Berdasar pada makna pembangunan yang merupakan perubahan
                    total  untuk  menuju  masyarakat  yang  lebih  baik  (Todaro,  2000),  sehingga  secara  logis

                    masyarakatlah yang seharusanya menjadi subyek pembangunan karena masyarakat lebih
                    memahami permasalahan dan kemana masyarakat akan menentukan arah pembangunan

                    dari pada  agen pembangunan (Ife &  Tesoriero,  2008). Namun dalam implemetasinya,

                    dalam perencanaan pembangunan di Indonesia aspirasi masyarakat belum menunjukkan
                    peranserta  secara  maksimal  dalam  berbagai  kebijakan  yang  berkaitan  dengan

                    pembangunan  (Djoeffan,  2002).  Disisi  lain  kapasitas  masyarakat  sebagai  subyek
                    pembangunan  masih  belum  optimal  khususnya  di  wilayah-wilayah  desa  yangmana

                    inisiatif-inisiatif  pembangunan  terhambat  oleh  ketersediaan  sumberdaya,  berbagai

                    hambatan legalitas dan kepentingan politis.
















                                                                                                        3
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10