Page 13 - buku-Puisi
P. 13
13
Paradigma-paradigma sebelumnya tetap dijadikan dasar bagi paradigma-paradigma
berikutnya.
Dari berbagai studi menunjukkan bahwa pengkajian secara ilmiah terhadap sastra
tidak sepenuhnya terjawab jika hanya berdasar atas suatu pandangan. Ketika sastra
didefinisikan sebagai karya yang menggunakan bahasa yang khas sastra melalui konsep
penyimpangan dan kefiksian teks, batas antara bahasa sastra dengan bahasa sehari-hari
serta antara khayalan dan kenyataan tidak jelas. Untuk itu, muncul pandangan baru
bahwa karya sastra adalah tuturan yang hanya mempunyai arti dalam hubungannya
dengan sistem konvensi yang dikuasai oleh pembaca, yakni kompetensi sastra
(seperangkat konvensi untuk membaca teks sastra). Artinya, konvensi ketautan cukup
penting bagi pengukuran suatu karya sastra. Oleh karena kedua batasan tersebut belum
juga memuaskan kalangan peneliti sastra, muncul upaya untuk memadukan keduanya
melalui hubungan-hubungan yang bersifat universal: ada hubungan antara orisinalitas
dan tradisi, bentuk dan makna, kefiksian dan kenyataan, pembicara dan kawan bicara,
dan kombinasi dan seleksi material.
Cabang studi sastra mencakup teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Untuk
membedakannya, pertama-tama yang perlu dipilah adalah perbedaan sudut pandang yang
mendasar: kesusastraan dapat dilihat sebagai deretan karya yang sejajar atau yang
tersusun secara kronologis dan merupakan bagian dari proses sejarah. Selain itu,
kesusastraan dapat dipelajari secara umum (melalui studi prinsip, kategori, dan kriteria)
atau secara khusus (melalui telaah langsung karya sastra). Teori sastra adalah studi
prinsip, kategori, dan kriteria sedangkan studi karya-karya konkret disebut kritik sastra
dan sejarah sastra. Namun yang jelas, ketiga bidang tersebut tidak dapat dipisahkan satu
sama lain: teori sastra memerlukan kritik sastra dan sejarah sastra; sejarah sastra