Page 93 - Tata Kelola Pemilu di Indonesia
        P. 93
     Pembangunan  (PPP).  Sedangkan  Partai  Nasional  Indonesia  (PNI),  Partai
                 Musyawarah  Rakyat  Banyak  (Murba),  Ikatan  Pendukung  Kemerdekaan
                 Indonesia  (IPKI),  Partai  Kristen  Indonesia  (Parkindo),  dan  Partai  Katolik
                 sebagai peserta Pemilu 1971 dipaksa bergabung ke dalam Partai Demokrasi
                 Indonesia (PDI). Kedua, dalam proses pencalonan, intervensi pemerintah
                 sangat  besar.  Hal  ini  dilakukan  melalui  mekanisme  Litsus  (Penelitian
                 Khusus).  Pada  awalnya, hal  ini digunakan  sebagai instrumen pemerintah
                 saat  itu  untuk  memastikan  bahwa  setiap  pejabat  publik  terbebas  dari
                 pengaruh  PKI  dan  ideologi  komunisme.  Namun  demikian,  dalam
                 perkembangannya,  instrumen  ini  juga  diwarnai  oleh  unsur  subyektivitas
                 yang  sangat  kuat  (like  and  dislike).  Hampir  dapat  dipastikan,  dengan
                 demikian, bahwa calon di nomor urut kecil adalah mereka yang memiliki
                 sikap loyal dan sesuai dengan garis politik dari pemerintah. Ketiga, Parpol
                 melakukan proses pencalonan yang sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur
                 Parpol sebelum adanya kebijakan fusi. Tidak jarang, hal ini juga melahirkan
                 friksi di internal PPP dan PDI.
                 Terkait dengan model pemberian suara, surat suara pada pemilu-pemilu di
                 periode Orde Baru adalah berisikan nomor, nama dan tanda gambar parpol.
                 Kemudian,  pemberian  suara  dilakukan  dengan  cara  mencoblos  Parpol
                 peserta pemilu, yaitu PPP, Golongan Karya (Golkar), dan PDI.
                 Sedangkan pemenang ditentukan melalui pembagian jumlah suara Parpol
                 atau  gabungan  Parpol  dengan  BPP  di  daerah  pemilihan  masing-masing.
                 Penggabungan  suara  dapat  dilakukan  sebelum  diselenggarakannya
                 penghitungan  suara.  Kursi  diberikan  kepada  para  calon  sesuai  dengan
                 urutan dalam daftar calon dari nomor urut terkecil ke nomor urut terbesar
                 sampai kursi habis terbagi.
                 3. Dari  Pemilu  1999  ke  Pemilu  2014  serta  Pemilihan  Kepala  Daerah
                    Langsung Sejak 2005-2013
                 Sama dengan periode-periode sebelumnya, pemilu-pemilu legislatif di masa
                 Reformasi menggunakan sistem perwakilan berimbang. Pada Pemilu 1999,
                 dapil DPR adalah Provinsi, dapil DPRD Provinsi adalah Kabupaten/Kota, dan
                 dapil  DPRD  Kabupaten/Kota  adalah  kecamatan.  Sedangkan  jumlah  kursi
                 untuk DPR yang diisi adalah 462 kursi. Sedangkan di Pemilu 2004-2014, dapil
                                                                   BAB 3 – SISTEM PEMILU    77





