Page 28 - Semangat Berbagi Semangat Menginspirasi (1)
P. 28

    Semangat Berbagi! Semangat Menginspirasi!
Kuota Chat? Tak Masalah...
Oleh: Eva Siti Safaah – MTs Negeri 1 Sumedang, Jawa Barat
“Banyak jalan menuju Roma.” Pepatah tersebut tampaknya harus saya pegang teguh selama membersamai peserta didik dalam belajar, terutama pada masa pandemi seperti ini. Mengapa? karena pada kondisi normal saja, tuntutan untuk menggunakan berbagai media, metode, dan model pembelajaran begitu tinggi. Ditambah jarak yang jauh, tanpa tatap muka, proses pembelajaran menjadi begitu rumit di mata saya.
“Seberat-berat badan, namun untung dilupakan jangan.” Pepatah lain yang saya pahami tentang selalu ada hikmah di balik cobaan. Bagaimana tidak? dengan kondisi pandemi, para pendidik harus berpikir luas, mencari kesana kemari, strategi apa yang sekiranya tepat digunakan untuk proses pembelajaran jarak jauh. Lain halnya jika pandemi ini tidak pernah terjadi, mungkin usaha yang dilakukan tidaklah terlalu ‘keras’.
Kemudian muncullah ide-ide kreatif yang banyak menginspirasi para pendidik. Terutama segala sesuatu yang berhubungan dengan pemanfaatan teknologi. Mulai dari banyaknya platform belajar, games edukasi, aplikasi asesmen, dan banyak hal lain yang dengan mudah dapat diakses melalui internet.
Namun, “padi ditanam tumbuh ilalang”. Saya berharap berbagai macam pemanfaatan teknologi tersebut dapat menumbuhkan motivasi belajar, alih-alih tak berguna untuk beberapa peserta didik. Terlebih ketika mereka berujar “Maaf bu, saya tidak bisa akses internet, kuota yang saya punya cuma untuk chat”. Rupanya sebagian peserta didik memilih paket internet chatting yang memberikan akses unlimited untuk berbagai aplikasi chatting (berbasis obrolan) dan tidak memiliki akses bebas untuk berselancar di internet, alasannya karena harga yang ditawarkan cukup terjangkau. Mau tidak mau, saya pun harus bisa memanfaatkan media berbasis obrolan ini dengan maksimal.
Seperti pengalaman saya pada suatu waktu. Saya telah menyiapkan bahan ajar dalam bentuk PowerPoint, peserta didik pun memiliki modul serta BSE sebagai sumber belajar utama, kemudian kami melakukan diskusi di aplikasi Whatsapp (WA). Pada saat penilaian, sebagian peserta didik dapat dengan mudah mengakses soal dalam bentuk Quiziz atau Google Form, tetapi sebagian lainnya tidak bisa melakukan hal yang sama karena terbatas kuota chat. Akhirnya saya memilih permainan Teka Teki Silang (TTS) sebagai salah satu alternatif solusinya.
TTS yang dimaksud tidak dikerjakan langsung oleh siswa melalui aplikasi permainan seperti pada educandy.com, melainkan dengan mengedit gambar TTS yang saya kirim melalui WA. Mengapa mengedit gambar? karena dengan kuota chat, peserta didik masih bisa mengunduh dan mengunggah file dalam bentuk gambar di aplikasi WA.
Pertama, saya membuat TTS secara online pada laman http://puzzlemaker.discoveryeducation.com/ pada fitur Criss-Cross. Pada fitur ini kita bisa menginput sejumlah kata jawaban dan kalimat petunjuknya, dan mengatur jumlah kotak yang diperlukan. Kedua, klik Create My Puzzle, maka format TTS berhasil dibuat. Selanjutnya, saya lakukan tangkap layar pada kotak TTS beserta kalimat petunjuknya. Sebelum dibagikan di WA, saya mengedit tampilan TTS dengan menggunakan aplikasi Paint atau Canva supaya terlihat lebih menarik untuk dikerjakan. Kemudian peserta didik mengedit gambar dengan menambahkan teks pada kotak-kotak TTS tersebut, dan mengirimkannya kembali melalui WA.
Respon peserta didik sangat baik, terbukti dengan jumlah jawaban yang mereka kirimkan kepada saya semakin meningkat. Bahkan beberapa siswa berujar “Gara-gara TTS dari ibu, saya jadi harus beneran baca buku”. Hmm... hikmah lainnya, peserta didik semakin giat berliterasi.
    20























































































   26   27   28   29   30